Namanya Ainur
Rofiq, pria 40 an tahun ini berasal dari Bawean, setamat dari Aliyah dia
merantau dari kampungnya di Jawa Timur sana, ke Singapura. Di Singapura banyak
saudara saudara Ainur Rofiq yang menetap bekerja disana. Bahkan menetap tinggal
menjadi warga negara Singapura. Di Singapura, warga keturunan Bawean, terkadang
orang menyebutnya Boyan ini termasuk istimewa dibandingkan suku lain yang
datang ke Singapura dari Indonesia. Mereka tidak dimasukkan kedalam suku bangsa
Melayu, meskipun nyaris seluruh suku bangsa Bawean ini beragama Islam. Dalam Icnya
tertulis suku Bawean.
Sejarah panjang
suku Bawean di Singapura, bahkan sampai ke Vietnam sana punya cerita
tersendiri. Namun tidak mudah bagi Ainur Rofiq mendapatkan pekerjaan dan izin
tinggal di Singapura, tidak semuda saudara saudara yang lain, yang lebih dahulu
datang. Bolak balik Singapura, Malaysia dan Batam (indonesia) untuk
memperpanjang visa, memerlukan biaya yang banyak. Ainur Rofiq memutuskan
menetap tinggal di Batam.
Cari kerja kesana
kemari, terakhir Rofiq bekerja menjadi security di pertenakan babi dekat Pulau
Kubung, di pulau itu ia menikah dengan seorang wanita suku laut, mereka menikah
secara Islam, setelah isterinya mengulang mengucap dua kalimat syahadat.
Pulau Kubung
sekitar setengah jam naik boat pancung dari pelabuhan Telaga Punggur Batam, kini
disana bermukim sekitar 20 an keluarga muslim mayoritas dari suku laut. Pulau
Kubung satu pulau tempat pemukiman warga khusus dari Suku Laut yang dulu
nomaden hidup berpindah pindah dari satu pulau ke pulau lain hidup diatas
sampan, atau perahu, oleh Pemerintah dalam hal ini Kepala Otorita Batam masa
itu Jenderal Soedarsono ditempatkan disana ratusan keluarga banyaknya.
Mereka masih
tetap ke laut sebagian ada yang berternak kambing, acap kesana membeli kambing
untuk qurban dan aqiqah, waktu itu tak ada mushola untuk ditempati, banyak
anjing sememangnya untuk sebagai penjaga. Hanya beberapa orang yang mengaku
beragama Islam itupun tak mengerti apa-apa tentang Islam.
Setelah bertemu
dengan Rofiq yang juga beragama Islam dan Alhamdulillah mengerti sedikit
tentang agama karena ia tamatan Aliyah, dan bersedia jadi Dai disana, kami
dirikan sebuah mushola kecil diatas laut bekas rumah warga yang sudah tak
ditempati lagi. Dapatlah orang Islam disana terutama anak anak warga muslim belajar
quran.
Ainur Rofiq tidak
bekerja lagi menjaga peternakan babi, Lembaga Ami Zakat (LAZ) Masjid Raya Batam
ketika itu membantu honor untuknya, selama bertahun tahun. Namun sejak LAZ
Masjid Raya Batam ini tidak lagi beroperasi di Masjid Raya Batam, karena undang
undang zakat yang baru. Honorarium bantuan kepada Rofiq pun terputus. Bukan
hanya Ainur Rifiq yang terputus honornya ada belasan Dai Dai lain diseluruh
Batam yang ditempatkan di Pulau Pulau juga mengalami hal yang sama.
Agak miris
sedikit dengan Rofiq, kemarin lebaran ia datang ketempat kami dengan belasan
warga muslim lainnya dari Pulau Kubung, Rofiq bertongkat menyanggah kakinya,
beberapa tahun yang lalu kakinya terkena sesuatu di laut, lama ia tak dapat
berjalan, ada lobang cukup besar ditelapak kakinya. Sudah banyak kali dokter
ditemui untuk mengobati kakinya. Sekarang kakinya yang sebelah mengecil tak
bisa dilangkahkan lagi. Jadi harus di topang tongkat, bekas kakinya yang masih
luka sampai sekarang dibalut dengan verband agar air dari kaki itu tidak
keluar, karena acap mengeluarkan air.
Rofiq sudah tidak
pernah lagi kelaut, dekat rumahnya didirikan semuah mushola agak besar sedikit
dari yang lama oleh seorang derwanan, disitulah dia mengajar mengaji kini. Tiga
orang anak dan isterinya yang setia terus menemani. Nak naik turun tangga
pelantarpun harus dituntun, tetapi ia masih sanggup menjadi khatib Jumat di
kampung itu.