Orang-orang yang
mengenalnya memanggil dirinya pak Din, ia lahir dan besar diatas sampan. Nenek
moyangnya benar benar orang pelaut, hingga sekarang meskipun sudah tidak
tinggal diatas sampan lagi, mereka, pak Din dan kerabat lainnya dipanggil suku
laut.
Suku laut ini
banyak menyebar di kepulauan Riau, dulu mereka hanya singgah ke darat mengambil
air tawar dan membarter hasil tangkapan laut. Hampir semua aktivitias mereka
dilakukan di atas sampan di laut. Lahir,
menikahpun diatas laut, namun bila meninggal dikuburkan didarat.
Sejarah panjang
Suku Laut di perairan Batam ini, beragam ceritanya, ingat Laksamana Bintan
dengan Laksamana Lingga, serta Sultan Mahmud mangkat Dijulang, tak lepas dari
peran serta mereka. Orang orang sekita Johor Malaysia menyebut mereka orang
Selat, di Thailan Selatan sampai ke Laut Andaman sana, mereka dipanggil pula
Choulie.
Beberapa tahun
yang lalu sejak Batam terbuka menjadi pusat perdagangan , alih kapal, hilir
mudik kehidupan mereka pun berubah, pemerintah memukimkan mereka dibeberapa
pulau. Disamping itu pula ikan hasil tangkapanpun agak susah.
Pak Din salah
seorang, orang yang dituakan di perairan Batam bagian Timur sampai ke ke
perairan Bintan sana, kini tinggal di sebuah pulau Air Mas namanya, usianya
sudah tua “Aku sudah tujuh puluhan tahun.” Katanya, sudah jarang ke laut nyaris
tak bisa lagi, sembari menunjukkan pergelangan kaki tan buku buku jari
tangannya membengkak. “Kena asam urat, kata dokter.” Tambah pak Din lagi.
Kemarin aku
berkunjung ke pulau Air Mas tempat pak din bermastautin, pulau itu tak jauh
dari pulau Batam, sekitar satu jam perjalanan dengan pompong. Kulihat pak Din
hanya duduk diatas kursi didalam rumah panggung yang berdiri diatas bibir
pantai. Anak anak pak Din ada dua belas orang banyaknya, sepuluh orang sudah
menikah tinggal dua lagi yang belum.
Di pulau pulau
sekitar perairan Batam banyak dimukim oleh suku laut, ternyata mereka saling
terikat persaudaran, dibeberapa pulau itu pula kami dirikan beberapa buah
mushola, dan ditempatkan beberapa orang Dai, jadi acaplah kesana. Pak Din salah
seorang yang dituakan dan sangat dihormati. Sejak masih kecil, muda remaja,
dewasa hingga tua sekarang ini, hidup dan pencariaannya di laut. Dia tahu betul
kapan akan turun hujan, kapan pula dingkis mulai bertelur. Dia tahu dimana
banyak ikan lumba lumba dimana penyu sedang bertelur. Banyak juga orang yang
tahu tentang biota laut itu. Tetapi untuk Ikan Duyung, pak Din lah pawangnya.
“Sudah lama tak
dapat Duyung.” Kata pak Din ketika kutanya. Ikan Duyung sebenarnya bukan sejenis
ikan, walaupun binatang itu hidup di laut. Sebagian orang menyebutnya Dugong,
Duyung melahirkan anak dan menyusui, jenis mamalia laut herbivora, pemakan
dedaunan. Mulutnya dibagian bawah seperti manusia kalau telungkup. Duyung
hidupnya sangat tergantung rumput laut, itu sebabnya dia hidup di lautan
dangkal, dan suhu udara yang sesuai, serta kadar garam yang tidak terlalu asin.
Di Hutan hutan Mangrove / bakau habitat Duyung ini.
Suhu air dan
kadar garam laut perairan Batam Riau ini sangat cocok untuk hidup mamalia laut
yang termasuk juga disebut lembu laut ini. “Dagingnya seperti daging
lembu.” Ujar orang yang pernah
menyantapnya. Duyung bertahan hidup lebih dua puluh tahun, beratnya mencapai
ratusan kilogram.
Tidak semua orang
tahu dimana keberadaan Duyung ini. “Kayaknya hanya pak Din yang tahu, diakan
pawangnya.” Kata Ainur Rofiq, meskipun tinggal di pulau bertetangga dengan pak
Din belum pernah merasakan daging Duyung.
Pak Din hanya
tersenyum apa bacaan nak tangkap Duyung itu, tak ade katanya, dulu diajar oleh
Datuk ke ayah kami. Duyung itu suka makan tumbuh tumbuhan, terutama dedaunan
segar, seperti daun lalang kata pak Din, tapi Duyung itu lebih suka daun pandan
wangi, tambah pak Din membuka sedikit rahasianya. Dia tak mau memberitahu
suitan dan bacaan apa yang diperdengarkannya kepada Duyung Duyung itu agar mau
mendekat. Hanya kepada dua anak lelakinya yang baru diajarkannya cara merayu
dan menangkap Mamalia Laut yang sekarang hampir punah itu.
Perairan Laut
Batam kini sudah mulai tercemar, kebisingan ferry kapal laut yang hilir mudik,
hutan mangrove ditebangi, rumput lautpun terkadang mengandung lumpur dan
mercury akibat erosi dan buangan limbah dari kapal. Duyung pun sulit nak
beranak mengembangkan habitatnya.