Catatan perjalanan: KELANTAN - JOHOR BAHRU

Sejak menjelang petang hujan lebat di Rantau Panjang Kelantan Malaysia. Terminal Bus Rantau Panjang masih tetap seperti dulu, malah tambah kumuh, tak ada perubahan. Tidak sama dengan Terminal Bus di Sungai Kolok Narathiwat Thailand, baru dan bersih meski terlihat lengan.

Terminal kecil itu dipenuhi penumpang, hampir semua kedai minuman dan makanan penuh dengan orang yang minum dan berteduh. Kumandang azan magrib dari surau kecil di terminal itu nyaris tak terdengar oleh suara hujan. Batas antara ruang surau dengan penumpang menunggu ada toilet berbayar, penunggunya tak beranjak dari depan pintu karena banyak orang yang keluar masuk buang air. Celakanya kalau hendak ke surau dari tempat ruang tunggu harus lalu dari cucuran atap termina dan tidak bisa pula langsung karena toilet berbayar di terminal Rantau Panjang itu dipagar.

Oi alangkah tak nyamannya terminal Bus Rantau Panjang ini dikala hujan. Bus type C yang kutumpangi berangkat ke Johor Bahru pukul 20.30 waktu setempat, jadi bisa shalat jamak takdim terlebih dahulu. Penumpang bertempiaran basah kuyup masuk ke dalam bus, ada yang ganti baju didalam bus. Mungkin karena hujan sejak petang, Bus menunggu beberapa penumpang yang belum datang.

Negeri Rantau Panjang Kelantan adalah pintu Gerbang kedatangan tetamu dari negara lain terutama Thailand, tak pernah sepi bus dari terminal ini, apalagi hari libur sepekan seperti Idul Adha tahun ini. Kalau masih mau juga berangkat ke Selatan, pesan lah tiket jauh jauh hari. Kalau tidak ya seperti aku dpat bus Cadangan. Bus Cadangan ini tidak masuk terminal Bus Larkin di Johor Bahru. Mungkin karena bukan Bus terdaftar ada line nya. Dua kali pengalamanku menaiki Bus seperti ini dari Kelantan ke Johor Bahru. Bus cadangan ini di tarif ongkosnya 75 RM perorang.

Nasib baik di Johor tidak turun hujan, kalau hujan jahanam kena basah kuyup lagi. Celakanya lagi Bus ini supirnya bukan orang Islam, menjelang Segamat waktu subuh sudah masuk, kenderaan tidak juga berhenti, memberikan waktu seketika untuk penumpang muslim menunaikan shalat, jadi aku shalat subuh didalam bus.
Biasanya kalau lalu baik dari Utara ke Selatan kuusahankan naik bus Transnasional, supir - supir bus ini mengerti waktu shalat, dan akan berhenti ditempat yang nyaman untuk shalat.

Turun di depan terminal, aku bergegas ke Masjid di Terminal Bus Larkin, terletak di lantai tiga Masjid ini sudah diperbesar. Karena masih gelap, aku ulangi shalat subuhku.  Kulihat teman seperjalanan di bus yang sama, dibelakangku, tergesa-gesa juga hendak shalat subuh.

Sabil sudah menungguku di terminal, kami  mencari tempat sarapan. Setelah itu menuju Stulang Laut terminal Ferry ke Batam. Johor Bahru tidak hujan tetapi mendung, gelap dimana-mana seakan subuh tak beranjak sejak memasuki pekan Segamat. Alahai rupanya jerebu, katanya asap kiriman dari Indonesia. Di Kelantan tak ada jerebu apalagi di Thailand, kubisikan kepada Sabil, tetapi disana pohon kelapa sawit buahnya tak sebanyak di Johor. Karena asap bakaran bisa membunuh hama buah sawit. Sabil menjeling tak percaya.

Sepanjang perjalanan dari Stulang Laut hingga Terminal Ferry Batam Center, asap pekat masih menyelimuti.