Catatan Perjalanan: PHUKET - SUNGAI KOLOK, NARATHIWAT THAILAND


Berangkat dari Phuket dengan bus biasa karena tidak ada lagi VVIP pukul 20.00 malam dengan tarif 550 Bath, tiba di Sungai Kolok Narathiwat Thailand, pagi keesokan harinya tanggal 28 september 2015, hari hujan gerimis tetapi cuaca cerah. Dari stasiun bus di Narathiwat itu menuju border imigrasi, aku naik motor (ojek) sebesar 50 bath 1 bath sekarang rp. 400,-
Kusodorkan pasportku, petugas imigrasi Thailand yang pandai berbahasa melayu itu menanyakan hanya seorang saja?. Dibolak baliknya lagi pasport warna hijauku, diliriknya lagi mukamu, "Apa buat di Kaw Thaung (baca: kok song = pulau dua Myanmar Burma) ?. tanyanya lagi. "Buat Qurban" jawabku.
Terlihat cap imigrasi masuk di airport Surat Thani dan keluar dari Pelabuhan rakyat Ranong ke Kaw Thaung Burma, dan masuk kembali ke Ranong itu tertanggal 24 September 2015. Petugas itu menoleh kebelakang, dibelakangnya berdiri seorang petugas lainnya
Seorang petugas imigrasi yang kelihatan lebih senior mengambil pasportku, entah apa yang dibicarakan mereka dalam bahasa Thai tak kumengerti.
Dia menganguk anggukkan kepalanya, dan pasport itu diberikan kepadaku setelah dicap. "Hap Kun Kap" ujar ku berlalu.
Sungai Kolok adalah perbatasan antara Narathiwat Thailand dan Rantau Panjang Kelantan Malaysia. Kedua Negara yang dulu satu kerajaan itu hanya dipisahkan tak lebih dari lima meter oleh sungai yang airnya keruh. Semak belukar menghiasi dikedua tepi sungai itu, banyak tertambat sampan, ada tempat tambat sampan ala kadarnya, bebas orang lalu lalang membawa barang barang.
Entah yang mana banyak barangan dari Malaysia kah atau dari Thailand, yang jelas hampir semua makanan ringan termasuk mie instan buatan Thailand. Terlihat sangat jelas dari tulisan dan logo halalnya.
Kelantan-Narathiwat, saya banyak sekali lalu dari border yang hanya berjalan kaki saja masuk dari dan ke negara tetangga itu (saking dekatnya), dikedua perbatasan itu kedua mata uang masih laku diterima, beberapa waktu yang lalu mata uang bath dibawah ringgit, sekarang ringgit jauh tertingal, satu ringgit sekarang sekitar Rp.. 3.250,- dan satu bath pula sekitar Rp.. 400.-
Tetapi di perbatasan dikedua negara itu satu ringgit = 10 bath, penjual makanan atau membeli tiket bus misalnya mereka mau menerimanya, sementara kalau kita bayar ringgit di Thailand dengan nilai yang sama penjual di Thailand tidak mau lagi.
Asap dari Indonesia tidak sampai ke Kelantan apalagi ke Narathiwat, jarang sekali orang Indonesia yang lalu melalui border ini sendirian.
Kulalui tempat pemeriksaan itu dengan berjalan kaki, tukang ojek yang menawarkan jasanya kucuekin saja. Tidak terlalu ketat pemeriksaan.
Di terminal bus Rantau Panjang Kelantan Malaysia, orang sudah mulai ramai padahal masih pagi lagi sekitar pukul 09.00 pagi waktu Malaysia, pengalaman bila musim libur banyak pekerja dan pelajar pulang ke Thailand dan Kelantan. Dan hari Ahad seperti ini setelah liburan sepekan, nyaris bus penuh semua menuju ke Selatan (Johor).
"Lusa ada yang VVIP" ujar penjaga konter tiket.
Selalunya aku kalau dari Kelantan cari bis Transnasional, supirnya banyak muslim walaupun India, mengerti diwaktu subuh berhenti untuk memberi kesempatan penumpang yang beragama Islam shalat. Bus bus lain susah nak diharap. Tetapi bus Transnasional ini dah tua tua, tak tau mengapa tak ada yang bagus lagi.
Setelah kudapat selembar tiket keberangkatan pukul 20.30 dengan bus cadangan tak ber merk , hanya kode C, no 4 aku bergegas pergi ke bandar nak mengisi perut. Aku naik ojek lagi, tetap seharga 5 ringgit.
Di bandar Kubur itu ada penginapan bayar jam jaman, melepas penat, aku berbaring sebentar, mandi dan tengah hari ke Masjid didalam pekan itu. Makanan banyak dijual dan sesuai selera.
Seharian keliling di pekan Kubur nama tempat di pinggiran sungai kolok dan memang ada lokasi kuburan yang cukup luas disamping masjid. Rupanya pekan itu di pinggir sungai, kutelusuri pinggiran sungai itu, memperhatikan pedagang antar pinggiran sungai dikedua negara yang berbatasan sama bahasa sama rupa dan sama bangsa itu, menjadi inngatan tersendiri, apa agak yang dulu telah diperbuat oleh tok nenek moyang kita ya???????
Jogie Suaduon, Muhammad Sabil Libas, Nasri Palas, Daud Abdulrahman, Nik Rakib Nik Hassan II, Azhar Mohamed, Deden Rosanda, R Yusuf Hidayat, Musaddad Tanjung, Mohd Shariff Md Noor, Samson Rambah Pasir, Yulia Muad