Catatan Perjalanan: RANONG - BANGKOK - MAESOT


Setelah selesai urusan di Ranong, berangkat ke Maesot, dengan bus via Bangkok. Ranong - Bangkok berangkat pukul 20.30 tiba di Bangkok pukul 07.00 waktu Thailand keesokan harinya.
Ada dua terminal bus di Bangkok, kalau hendak tujuan Utara Bangkok turunlah di terminal Mochit dan bila hendak ke Selatan di terminal Satay.
Terminal ini mirip dengan terminal di Kuala Lumpur, tujuan ke Utara (Perlis, Kedah, Butterwoth misalnya, berbeda dengan terminal bus ke Selatan, Johor Baru Melaka). Kalau salah turun dan hendak ke terminal lainnya terpaksa naik taksi. Ya nambah biaya lagi paling tidak 300 bath paling murah, apalagi pakai meteran Bangkok sangat macat mirip Jakarta.
Dari terminal Mochit Bangkok ke Maesot naik bus sekitar 600 bath, berangkat pukul 08.30 pagi tiba di Maesot petang pukul 17.00 waktu setempat.

Maesot adalah satu provinsi di Barat Laut Thailand, kota ini berbatasan dengan Myawaddy Myanmar Burma. Hanya dibatasi sungai yang air nya sangat keruh mirip sungai Kolok perbatasan Kelantan (Malaysia) dengan Narathiwat (Thailand).
Di Maesot ada seorang bekas pelajar dari Mahad Said bin Zaid Batam, namanya Muhammad Yunus, kini Yunus sedang melanjutkan kuliahnya di Universitas Cairo Mesir.
Kebetulan sedang pulang ke Maesot karena ibunya sakit, Yunus menjemputku di terminal Bus Maesot. Sempat sempatnya Yunus masak Tom Yam makanan kegemaranku, padahal ibunya sedang di opname di rumah sakit.
Anak-anak lelaki pelajar asal Thailand yang belajar di Batam rata rata pandai memasak apalagi masakan Tom Yam.
Seharian tak makan nasi semua kedai penjual makanan Islam tutup karena Idul Adha, buah dukung, sejenis langsat yang manis dari Nasri Ranong, menjadi santapan sepanjang perjalanan.
Di kota Maesot terdapat masjid besar besar tujuh buah, banyak terlihat toko warga Burma di kota itu toko warga Pakistan pun tak kurang banyaknya.
Demikian pula warga asal Arakan Rohingya. "Rohingya kaya banyak disini pak" ujar Yunus sembari menunjukkan beberapa toko pakaian kepunyaan warga Rohingya Muslim.
"Iya disini pakai mazhab Hanafi pak" ujar Yunus lagi saat selesai kami shalat disalah satu masjid.

Sepertinya kota Maesot ini mayoritas islamnya, entah karena berbatasan dengan Myanmar tak tau pula.
Ada restoran besar pemilik nya juga orang Islam, tetapi tidak ada yang punya hotel dan bank Islam seperti di Chiang Rai.
Kami ke Talat, pasar dalam bahasa Thailand, yang terletak di tepi sungai perbatasan Thailand dengan Myanmar, tentara thailand berjaga dengan senapan terkokang. Kami selusuri tepian sungai itu, deretan gubuk gubuk kumur memenuhi pinggirannya kedua tepiannya.
Terlihat ibu-ibu berkerudung menjual ikan hasil tangkapannya. Tau kalau aku dari Indonesia, seseorang berbahasa melayu, "Iya saya pernah kerja di Malaysia dua tahun" ujar suami ibu penjual ikan itu.
Sayang imigrasi Thailand tidak mengizinkan aku keluar dari Maesot Thailand ke Myawaddy Burma, padahal sudah direncanakan akan ke Yangon (Rangon) dari Maesot hanya sekitar 3 jam perjalanan saja nik bus dan ongkosnya hanya 300 bath saja.
Sempat tiga kali kuhubungi kedutaan besar (KEDUBES) RI di Yangon, bahwa Indonesia bebas visa masuk ke negara San Suy Ki itu. Tolong bagi tahu ke mereka, sayang satff KBRI di Yangon tak bisa membantu.
Beberapa kali masuk melalui perbatasan Thailand - Burma, di Raknong dengan Kaw Thaung, di Maesai - Tachilek.... dan baru ini dari Maesot ke Myawaddy tak diizinkan.
Sehingga pihak imigrasi Thailand di Maesot berunding memutuskan menolak meng-izinkan aku pergi menyeberang. "Seumur-umur aku jadi petugas imigrasi disini, belum ada orang Indonesia pemegang pasport hijau yang melintasi jembatan persahabatan ini" ujar wanita paroh baya yang memakai baju seragam imigrasi Thailand, sebagai mana yang di terjemahkan oleh Yunus kepadaku.

Karena aku tetap ngotot untuk menyeberang karena sudah melapor ke KEDUBES RI di Yangon.
Akh.... aku pun berpatah balik, tak jadi pulang ke Kuala Lumpur melalui Yangong, tiket Yangon - Kuala Lumpur ada promo yang sangat murah, terpaksa dibatalkan. Zul Lebai Barom, Azhar Mohamed, Nasri Palas, Musaddad Tanjung, R Yusuf Hidayat, Deden Rosanda, Samson Rambah Pasir, Mohd Shariff Md Noor, Haleem Lp, Daud Abdulrahman, Walad Abdul Wahab Al-Lunasi Azmarul Azman ya ini tempat yang saya maksud itu, tidak jauh dari Maehonsong perempuan berleher panjang....