Catatan Perjalanan: Imbalo Iman Sakti
Tahu kalau Buletin Jumat (BJ) dari Indonesia seorang teman dalam perjalanan menanyakan tentang bottlenut buah pinang, rupanya buah pinang asal Indonesia laris manis disana. Bukan orang Burma saja yang mengkonsumsinya, buah pinang itu dikirim lagi ke India dan Bangladesh. Mereka mengirimnya setelah dapat kiriman dari Indonesia Batam-Johor (Malaysia)-Mae sot (Thailand)-Maywaddy (Burma) jadi jalur ini lebih murah biayanya. Setelah masuk ke Burma tidaklah su lit untuk ke India, menurut mereka.
Konon buah pinang asal Sumatera lebih bagus kualitasnya. lumayan mahal harganya sampai ratusan US dollar perton, jauh lebih mahal dari harga getah yang terus merosot.
Lebih empat puluh kursi tempat duduk bus yang BJ tumpangi hanya beberapa orang saja penumpang dari Yangon turun di Myawaddy, setiap kota yang dilalui bus berhenti, turun naik penumpang, mengunggah barang seperti bus dari Dumai ke Padang Sidempuan. Hampir semua lelaki di bus itu memakan sirih, termasuk sang supir. Dan hampir semuanya pula memakai sarung, pakaian khas disana, ikatan gulung sarung dipinggang itu juga berpungsi untuk menyimpan duit, dan terselip handphone dilipatan pinggangnya, tidak jatuh dan tidak melorot. Mudah saja bagi mereka bermain bola dengan memakai sarung, tinggal gulung bagian depan dililitkan kebagian belakang dan selitkan dipinggang jadilah seperti celana pendek.
Pengungsi Rohingya Myanmar di Aceh, lebih senang diberi kain sarung daripada pakaian yang lain, kain sarung ini bagi mereka bisa dipakai untuk shalat, dan juga bisa untuk selimut diwaktu tidur.
Mae Sot Thailand
Kota Myawaddy perbatasan antar negara, banyak terlihat ruko kosong, pagi itu berbondong bondong orang di imigrasi semua menuju Maesot Thailand. menjadi pekerja di Thailand, ada yang memang pulang hari seperti pekerja melalui Woodland Johor-Singapura.
BJ hanya berjalan kaki saja melalui jembatan persahabatan itu, tidak ada masaalah di imigrasi Myawaddy. Sosialisasi kalau WNI sudah bebas visa di Myanmar telah sampai keseluruh jajarannya, beberapa tahun yang lalu sewaktu hendak memasuki negara ini kita dikenakan biaya, meskipun visa on arraivle (VOA). Malah sebaliknya di imigrasi Maesot Thailand, BJ, tertahan, sebagaimana dua bulan sebelum nya dari Maesot hendak ke Myawaddy Myanmar petugas imigrasi di perbatasan Thailand ini tidak memberikan BJ keluar dari Thailand untuk menyeberang ke Burma. Hal itu BJ sampaikan ke KBRI di Yangon, dalam kesem patan berkunjung ke KBRI.
Lumayan banyak pertanyaan setelah menunggu beberapa ketika pasport BJ dikembalikan setelah diizinkan hanya 14 hari saja.
Kota Maesot bukanlah kota provinsi, namun demikian kota ini cukup ramai, ada lapangan terbang yang juga melayani rute luar negeri, ada stasiun bus ke Bangkok dan ke kota kota lainnya. Di Stasiun bus ini ada restoran menjual makanan halal, Puluhan masjid berdiri di Mae sot. Ribuan muslim mendiami kota ini , kebanyakan dulunya berasal dari Pakistan. Seorang mahasiswa asal Maesot kuliah di Mahad Said bin Zaid Batam. Disinipun beberapa orang yang ditemui dapat berbicara dalam bahasa melayu.
Sayang hari itu tidak ada lagi bus yang ke Chiang Rai, maupun ke Chiang Mai, sampai keesokan harinya pun sudah penuh, Karena bertepatan dengan Hari Raya Imlek. Kalau mau berangkat juga terpaksa tunggu bus yang dari Bangkok. Bisa ada sit bisa tidak.
BJ putuskan naik bus estafet ke Mae Hong Song kota paling ujung di Barat Thailand. Disatu tempat dikota ini dihuni suku Kayin, wanitanya banyak memakai gelang dileher, sehingga lehernya terlihat panjang.
Untuk kesana tidak ada bus yang langsung kita harus sampai di Mae Sariang, dari Maesot ke Mae Sa riang sekitar 400 kilometer jauhnya. Daerah disini awalnya memakai kata Mae. Berbeda dengan sebelah Utara Barat memakai kata Chiang, seperti Chiang Rai, Chiang Mai, Chiang Khong. (bersambung)..
0 Response to "Mengunjungi Negara Tetangga Malaysia Burma Thailand dan Laos (2)"
Post a Comment