Melihat Islam di Laos

Negara Laos di utara berbatasan dengan Kunnming provinsi Yunan sekarang. Yunan negeri Cina terbanyak populasi Islamnya sejak dahulu kala, jauh sebelum provinsi Uighur yang berganti nama menjadi Xinjiang sekarang bergabung dengan Cina. Laos juga berbatasan dengan Vietnam, Burma, Thailand, dan Kamboja.

Meskipun berdekatan dengan satu provinsi di Cina yang jutaan pupolasi muslimnya, tidak ada catatan sejarah adanya komunitas muslim di daerah yang berdekatan dengannya, seperti di Laos sebelah utara misalnya.

Ratusan tahun negeri ini aman dan damai setelah masuknya penjajah membuat negeri terkungkung daratan ini porak poranda, pernah dibawah kekuasaan Thailand, dan terakhir perang saudara antara Raja dan ponakannya, negara ini menjadi negara Republik.


Memiliki 18 provinsi dengan jumlah penduduk sekitar 7 juta jiwa, hanya terdapat 2 masjid di ibukotanya yang sekarang Vientiane. Dulu ibukota kerajaan Laos di Luang Prabang, sekitar 8 jam perjalanan dengan bus dari Vientiane.

Luang Prabang kota yang banyak meninggalkan bangunan bersejarah terutama kuil itu, kini dibawah pengawasan Unesco, jadi tujuan wisata yang ramai dikunjungi turis manca negara. Tak terkecuali turis dari negeri muslim lainnya.

Sayang hingga kini, pemerintah Laos belum memperhatikan hal akan keperluan wisatawan muslim, tak ada fasilitas untuk shalat di Lapangan Terbang antara Bangsa misalnya. Jangankan di Airport, di seluruh provinsi Luang Prabang pun belum ada sebuah masjid. Dan begitu juga di belasan Provinsi lainnya di Laos

Nasib baik ada sebuah tempat menjual makanan halal, yang di kelolah seorang pria warga Negara Malaysia yang menikah dengan wanita setempat dan keluarga itu pula orang pertama Muslim di Luang Prabang. Ada beberapa restoran yang mencantumkan halal, sayangnya mereka masih menjual minuman beralkohol. dan yang menjual bukan orang muslim.


Dalam penerbangan dari Kuala Lumpur dikursi penumpang bersama kami beberapa keluarga muslim, suami isteri, terlihat dari cara berpakaiannya, mereka ada yang berpergian ikut paket dan sebagian pergi bersendiri. Terlihat lagi sewaktu dipasar malam yang menjual makanan semacam food court, mereka menyantap ikan bakar tetapi ikan itu dipanggang bersama sama dengan makanan haram lainnya (babi). Ironis melihatnya.

Memang di restoran halal, harga makanan lebih mahal, dikarenakan semua bahan makanan didatangkan dari luar seperti ayam potong halal didatangkan dari Malaysia, atau Thailand. Begitu juga daging sapi, dan bumbu masakan halal lainnya.
"Kami beli ayam potong dari Malaysia dah 40 RM, disini sekitar belasan RM" ujar Andy pengelola resto halal Wat That. "Tidak ada yang pelihara ayam disini" ujarnya lagi.
Di Restoran Wat That Ayam gulai satu porsi dipatok 30.000 Kip sementara diluaran yang dimasak bercampur dengan makanan lain sekitar 20.000 Kip. Satu us dollar sekitar 8.000 kip.

Untuk lima hari perjalanan, baiknya membawa bekal dari rumah, seperti sambal bilis atau ikan teri beikut kacang ataupun tempe, sekarang ada dijual rendang yang kemasannya sudah bagus tahan untuk beberapa hari, ada juga sambal pecal, rasanya tidak terlalu mengganggu membawa tempat memasak air yang muat untuk memasak satu liter, bisa dipakai untuk air panas mie instan atau pun bubur instan dalam cup.

Seandainya hendak pergi ke tempat atau negara lain, tidak terlalu merepotkan untuk mencari tempat makanan halal. Namun dibeberapa kedai yang menjual makanan ringan banyak dijual, seperti Oreo dan minuman yang berlogo halal, dari negara Malaysia dan Thailand serta Indonesia, tetapi rasanya tidak mengkonsumsi nasi kurang afdol.

Pengusahan muslim lainnya belum begitu tertarik membuka restoran di Laos, di Vietnam, Kamboja banyak kita jumpai restoran yang memang dikelolah oleh warga muslim sendiri. Apalagi di Thailand. Laos membentaang dari Utara Phongsali, Luang Prabang, sampai ke Champassack Pakse berbatasan dengan Kamboja, sangat sulit mnemukan orang menjual makanan halal. Padahal turis wisatawan muslim ramai mengunjungi Laos.

Mungkin anda tertarik ????