Catatan Perjalanan : Imbalo Iman Sakti
HO CHI MIN -- Buletin Jumat (BJ) Senin (21/12) berkesempat mengunjungi Ho Chi Min (HCM) , kota di selatan Vietnam ini dulu namanya Saigon. Dari Johor Bharu kini dibuka penerbangan langsung ke HCM, ongkosnya jauh lebih murah bila kita dari Singapura.
Sekitar satu jam empatpuluh lima menit penerbangan, kita telah tiba di bandara internasional HCM waktu antara Indonesia dengan Vietnam sama.
HCM adalah kota terbesar kedua setelah Hanoi, pembangunan dalam sepuluh tahun trakhir pesat sekali terlihat puluhan bangun bertingkat tinggi menjulang, jalan tol menuju Hanoi kini telah dibangun.
Komunitas muslim di HCM tidak sebanyak di Porvinsi Ang Giang, tetapi ada belasan masjid berdiri di sekitaran kota ini. Seperti Masjid Al Rahim, yang berdiri di distrik satu persis di tengah kota HCM tidak jauh dari Pasar Ben Than. Masji Al Rahim disebut juga masjid Boyan, Imam masjid ini bernama Haji Ali, keturunan Bawean yang lahir di Singapura sekitar 80 tahun yang lalu.
Beberapa kali mengunjungi HCM, BJ selalu mampir ke Masjid ini, disekitaran masjid banyak dijual makanan halal. Agak berbeda sedikit menunya dari makanan yang dijual disekitar masjid lain, makanan disini agak mirip masakan Indonesia.
Dalam bulan Rabiul Awal seperti tahun ini yang bertepatan dengan bulan Desember 2015, dibulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, komunitas Islam jamaah masjid Al Rahim mengadakan peringatan Maulid. Dan kekhasan masjid ini pula beda dengan jamaah di masjid lainnya, walaupun tidak sama persis dengan komunitas masyarakat Bawean di tempat asalnya Indonesia, makanan yang disajikan dibawa dari rumah masing-masing didalam talam tersusun ke atas dilengakapi dengan bermacam-macam buah buahan dibawah ke masjid, dimakan di bagi bersama dengan jamaah lainnya.
Sekitar tujuh tahun yang lalu Masjid AL Rahim dipugar kembali oleh dua negara yaitu Malaysia dan Indonesia, tertulis di dinding masjid tulisan ini dengan jelas. Masjid Boyan, demikian orang menyebut nya terkadang disebut juga masjid Malaysia Indonesia.
Kini terdiri empat lantai, di lantai tiga ruang utama, malam harinya sedang berlangsung acara Musaba qah Tilawatil Quran ( MTQ). BJ se ngaja hadir karena siangnya sudah diberitahukan ada acara MTQ.
Melihat kedatangan BJ ke majelis MTQ itu, Haji Musa pengurus masjid Al Nur, masjid yang juga mengirimkan utusan ke MTQ satu masjid lainnya di Ho Chi Min yang menjadi pembawa acara, sengaja berbicara dalam dua bahasa, meskipun tidak fasih sekali berbahasa melayu, Ustadz yang satu ini adalah salah seorang guru bahasa melayu, sehingga tidak heran banyak murid muridnya yang bisa berbahasa melayu. Terkadang bahasa yang digunakan bercampur dengan bahasa Champa, sememang banyak kosakata antara bahasa melayu dengan bahasa champa yang mirip. Contoh hitungan Tha, Dhua, Klau, Pa, Muek. “Dipersilah peserta ke klau” ujar pak Musa mempersilahkan peserta nomor tiga.
Mendengar bacaan Al Quran peserta anak-anak dan remaja dengan logat Vietnam, terkadang masih terdengar bunyi huruf l menjadi n.
“Hasil seleksi MTQ ini akan dikirim ke MTQ tingkat antara bangsa di Kuala Lumpur” ujar pak Musa lagi
Beberapa peserta dewasa ikut juga seleksi meskipun pada tahun sebelumnya telah pernah mengikuti MTQ dilua Vietnam.
Dari tahun ke tahun perkem bangan Islam dinegara komunis ini meningkat dan pengguna bahasa melayu di negeri bekas kerajaan Islam Champa ini pun banyak kemajuan. (*)
Home » catatan harian »
dakwah »
islam »
kenangan »
perjalanan »
sastra »
wisata
» Masjid di Vietnam
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Masjid di Vietnam "
Post a Comment