Kisah Nyata : Seputjuk Soerat dari Burma untuk Keluarga di Taluk Indonesia. (2)

Keterangan foto tidak tersedia.
Keesokan harinya setelah shalat Idul Adha, dilapangan dalam kebun orang - orang kampung melayu. Aku dibonceng oleh Imam Soleh dengan sepeda motornya.
Bekas hujan malam kemarin, jalanan setapak dari lokasi lapangan masjid tempat sholat becek dan licin.

Banyak pohon pinang, pohon kelapa dan pohon pohon lainnya yang sudah besar dan tua, menunjukkan kalau kampung itu adalah kampung lama.
Masuk jalanan agak besar berbatu - batu sekepalan tangan, bercampur kerikil, kalau tidak hati hati bisa jatuh, perlahan kami selusuri jalanan itu.

Hari itu tanggal 24 September 2015, meskipun secara resmi Pemerintah Myanmar mengumumkan Idul Adha jatuh pada tanggal 25 September 2015, di Kampung Teluk China itu, muslim disana melaksanakan pada tanggal 24 September 2015 seperti di Arab Saudi.
Tidak ada pemotongan hewan Qurban berupa sapi atau lembu, tetapi ada beberapa tempat memotong kambing.

Rumah imam Soleh masih jauh lagi masuk kedalam hutan, jalanan kerumahnya digenangi air hujan, dan becek serta licin. Jadi kami berkumpul di rumah kakak perempuan tertua Imam Soleh.
Dirumah itu kembali kuulang membaca surat adik dari bapak Imam Soleh yang bernama Nazarudin dari Lirik. Tertanggal 22 Januari 1975.

Surat itu seperti dibawah ini, ejaan yang digunakan dua macam, untuk tulisan bulan Nazarudin menulis 22 Januari 1975 dan Kepada Yth. (ejaan yang disempurnakan), tetapi lainnya masih dengan ejaan lama.
Kemudian yang menarik lagi dalam surat ini Nazarudin memerinci biaya yang timbul bila kandanya Mohamad Sjarif akan ke Pekanbaru sekitar 3.000 bath, dan meminta visa selama tiga bulan di konsul Indonesia di Singapura.

Keterangan dari Imam Soleh hingga ke hari kami bertemu di Kaw Thaung atau Pulau Dua Myanmar, mereka belum mempunya pasport. Kalau hendak mengurus pasport harus ke Rangon atau Yangon (dibaca Yangkun).

Dari Pulau Dua ke Rangon ibukota Burma dulu, sekarang saja naik Bus empat hari empat malam, jalanan buruk, apalagi tahun 1975.

Lirik, 22 Januari 1975
Kepada Yth,
Kakanda Mohammad Sjarif sekeluarga

Dengan hormat,
Semenjak adinda kembali dari sini dulu sudah ada dinda kirimkan surat tetapi belum djuga mendapat balasan dari sini, apakah surat tersebut tidak sampai atau bagaimana.

Mengenai biaja untuk pulang itu, setelah dinda pergi ke Rengat untuk menanlakan ke Bank untuk pengirimannja kesini ternjata bank di Rengat tidak dapat mengirimkan wang ke Renong, karena Bank Rengat tidak mempunyai koresponden (hubungan) dengan Bank di Renong atau Muangthai.
Baru2 ini dinda pergi ke Pekanbaru untuk menanjakan ke Bank jang ada di Pekanbaru. Keterangan jang dinda peroleh dari Kantor Bank Pekanbaru menjatakan bahwa mereka dapat mengirimkan wang kesini tetapi melalui beberapa Negara. Dari Pekanbaru dikirimkan ke Singapore, dari Singapore dikirimkan pula dulu ke Bangkok dan dari Bangkok baru dikirimkan ke Renong, inipun atau mereka tanjakan dulu ke Kantor perwakilan mereka di Negara-negara tersebut.
Bila mungkin kanda memindjam wang dulu disini untuk biaja membuat paspor dan ongkos sampai di Pekanbaru.. Ongkos semua sampai di Pekanbaru kira2 sebanjak :

1. Ongkos untuk paspor 756 bat
2. Ongkos bus dari Renong ke Hadjai 200 bat
3. Ongkos bus dari Hadjai ke Kuala Lumpur 100 bat
4. Ongkos bus dari Kuala Lumpur ke Singapore 100 bat
5. Ongkos pesawat terbang dari Singapore ke
Pekanbaru 750 bat
6. Ongkos lain2 750 bat
Jumlah 2.650 bat

Djadi biaja keseluruhan kira2 3.000 bat (tiga ribu bat)
Sesampai di Singapore kanda supaja memnita visa untuk masuk ke Indonesia dikanter kosul Indonesia di Singapore, minta untuk tiga bulan.
Biaja ini akan dinda kembalikan kepada kanda waktu akan kembali kesini nanti. Bila kanda tidak mungkin untuk memindjam wang disini terlebih dahulu, tidak apalah dinda pikirkan bagaiman pennjelesaiannja. Harap kabar dari kanda

Wassalam adinda
ttd
(Nazarudin)
http://imbalonamaku.blogspot.com/…/seputjuk-soerat-dari-bur…
baca : Kisah Nyata (1).
http://imbalonamaku.blogspot.com/…/seputjuk-soerat-dari-bur…