DR. Ahmad Dahlan : Satu Satunya Walikota Batam Yang Berani dan Bisa Khotbah Jumat.

Gambar mungkin berisi: 3 orang, termasuk Imbalo Iman Sakti, orang tersenyum, orang duduk dan orang berdiri

Dalam priode kedua kepemimpinannya sebagai walikota Batam, lelaki kelahiran Batu Besar Nongsa Batam tahun 1954 ini, menyelesaikan  S3 (PhD) nya di University Malaya Kuala Lumpur.
 “Jurusan Sejarah & Tamaddun” Ujar nya. Dalam kesibukannya sehari hari sebagai walikota Batam dia juga sudah menyelesai sebuah buku Sejarah tentang Melayu. Buku setebal 665 halaman ini sudah naik cetak kedua kali. Sudah pula terbit dalam Edisi Bahasa Melayu terbitan Dewan Bahasa & Pustaka Malaysia Kuala Lumpur. 

“ Jika belum punya buku Sejarah Melayunya, tolong kirim alamat, InsyaAllah saya akan kirim.” Tulisnya padaku, ketika kutanyakan apa sekarang kegiatannya setelah tidak lagi menjabat sebagai walikota Batam. “Saya masih menulis buku, tapi judulnya masih rahasia.” Ujar lelaki berputra tiga orang ini, selalu waktu senggangnya  bermain dengan cucu-cucunya.  

“Sesekali masih memberikan ceramah di lluar, tetapi selektif di bulan Ramadhan seperti ini, yang dekat dekat saja.” Jelasnya lagi. Di Bulan Ramadhan masjid yang dekat rumah saja, karena kalau masjid nya agak jauh, habis buka, buru buru banget. Beda waktu dulu dinas, dari kantor langsung.

”Sesungguhnya berbuka itu ni’mat bersama keluarga ngangeni.” Katanya lagi.   
Buku Sejarah Melayu susunan DR Ahmad Dahlan putra Haji Dahlan Syukur dulu wakil Penghulu (sekarang Lurah) Nongsa Batu Besar itu, sudah menyebar ke Asia Tenggara, terutama universitas yang mempunyai program Sejarah Melayu. Aku sendiri pernah membagi bagikan buku Sejarah Melayu itu kepada para Mahasiswa dari Asean .

Ahmad Dahlan terpilih dua priode sebagai Walikota Batam, saat dicalonkan dia masih menjabat sebagai Pegawai Otorita Batam, banyak orang berharap dengan terpilihnya beliau dualisme kepemimpinan di Batam dapat teratasi.

Acap menjadi khatib Jumat di Masjid, terutama masjid Raya Batam. Ahmad Dahlan menjelaskan bahwa dia : “Saya SD di Batam, kemudian PGA di Tanjung Pinag, SMA/MAN di Jogja, terus IAIN Yogya, tamat langsung masuk Otorita Batam tahun 1982.” Tulisnya. Jadi pantas kalau dia menguasai materi khotbah, hapal Al Quran dan Hadis. Belum ada Walikota Batam sebelum dan setelahnya yang mampu menjadi khatib Jumat di Masjid. Materi khotbahnya bernas tidak bertele tele.

Jadi Tahun 1955 sudah ada SD di Nongsa Batu Besar Batam,  populasi penduduk Batam terbanyak di daerah itu, seorang perwakilan dari partai Masyumi ketika itu, duduk di Dewan Perwakilan Rakyat di Tanjung Pinang, dan Tanjung Pinang masih menjadi ibukota Provinsi Riau sebelum dipindahkan ke Pekanbaru. 

“Ada Om dari Partai Masyumi terpilih di Batu Besar ketika itu, jadi anggota DPRD Provinsi Riau yang ibukotanya masih di Tanjung Pinang.” Tulisnya lagi. Jadilah di bangun di daerah itu sebuah bangunan sekolah dasar hingga sekarang ini bangunannya masih dipergunakan. 

“Saya lulusan dari SD Batu Besar itu, saya sarjana ketiga di Batam anak kelahiran Pulau Batam.” Ujarnya lagi, kakak kelas dari SD yang sama, Mohd Thahir, sarjana pertama Jabatan terakhir mantanKetua Pengadilan Tinggi Agama di Medan Sumatera utara, dan Drs Gani Lasya yang kedua.
Meskipun berkawan lama sebelum Ahmad Dahlan menjadi walikota bahkan sampai dua priode, kami malah acap bertemu di Masjid, beberapa kali bertemu di kantornya sekitar  urusan pendidikan, kami bersama ibu Sri Sudarsono yang nota bene adalah isteri bekas atasannya di Otorita Batam, Ahmad Dahlan tetap hormat dan meghargai, terhadap kawan lamanya.

Dia hanya tersenyum, suatu ketika saat kutanya apakah tidak hendak mencalonkan diri menjadi Gubernur Kepri, lelaki yang orang tuanya asal dari Sulawesi Selatan ini, cukup lama menjabat sebagai Humas di Otorita Batam itu, sangat dekat pada para kuli tinta.

Sudah lama juga tak mendengar khotbah jumat dari Ahmad Dahlan di Masjid Raya Batam, dulu dia Ketua di Masjid itu, sebelum diserahkan dari Otorita Batam ke Pemerintah Kota Batam.  Entah kalau sekarang. Ayok gabung ke Muhammadiyah ajakku padanya, dia belum memberi jawaban lagi, teman masa kecilnya dulu di SD hingga kini merek bertetangga, Muhammad Yasin mantan anggota DPRD Batam priode pertama setelah terbentuk DPRD tingkat II adalah anggota Muhammadiyah Batam. 

Kami masih tetap berhubungan meskipun tidak saling bersua muka, namun tetap berkomunikasi menyapa kabar melalui medsos. Selamat berkarya, semoga sehat selalu.