Yemxai Somteng
pemuda 20 an asal provinsi Oudomxai Laos ini, dengan tekun mengikuti seluruh
prosesi kegiatan ibadah sholat taraweh. Selepas sholat taraweh di Masjid Hamka
Tembesi Batu Aji Batam itu, kupanggil dia mendekat kebarisan shafku.
Hampir
setahun yang lalu dia mengucapkan dua kalimat syahadat di Vientiane Laos. Waktu
datang ke Batam sekitar September 2018 lalu dia belum mengenal huruf ijaiyah. Alhamdulillah kini ia sudah pandai sholat dan
bacaannya. Sudah belasan ayat ayat pendek jus 30 dihafalnya.
Bahasa Indonesia pun dia sudah lancar, juga
bahasa Arab, bahasa pengantar di kampusnya dan bahasa sehari hari dengan teman
sesama mahasiswa di Mahad Said Bin Zaid tempat dia menimbah ilmu. Mereka
berlainan bangsa. baca : YemXai Somteng : Puasa Ramadhan Pertama Bagi Pemuda Laos Yang Baru Memeluk Islam Ini
Di Masjid Prof DR
Hamkah yang terletak di komplek Muhammadiyah Asean itu sholat Taraweh
dilaksanakan 4, 4 dan 3 witir, tiga kali salam. Imam utama sholat di masjid yang
terletak tak jauh dari SMK Negeri I Batam itu, juga sekitar ratusan meter dari
asrama tempat tinggal Hasan, nama baru dari Yemxai Somteng setelah ia masuk
Islam, adalah ustazd Firdaus Lc. Spdi
Tahun 1440 H ini
adalah ramadhan pertama baginya, dan tentunya ibadah sholat Taraweh pertama
juga baginya. Selepas kami berbuka puasa bersama di Mahad, kemudian kami
berangkat sholat taraweh yang dilaksanakan di Masjid Hamkah.
“Pak saya mau ke
Dabo Singkep, sama kawan.” Ujarnya Hasan padaku. Temannya sesama mahasiswa asal
Dabok mengajaknya lebaran di kampungnya. Rencana sebelumnya kami hendak pulang
ke Oudomxai Laos, puasa ramadhan disana, tetapi kuliah tidak libur, lagian sekitar
Juli 2019 tidak beberapa lama, akan libur semester lagi. Lumayan biaya untuk ke Laos, Batam - Kuala
Lumpur ke Vientiane provinsi Oudomxai Laos mencecah lima juta rupiah. Serunya Berbuka Bersama Mahasiswa Mahad Said Bin Zaid Batam
Tetapi sebelum ke
Dabok, kata Hasan dia mau ke Pulau Mengkada dulu, Pulau Mengkada satu pula dari
gugusan pulau pulau yang ada di perairan Batam. Seorang temannya asal pulau itu
bernama Tri Murdiono mengajaknya. Syukurlah
Hasan tidak merasa jemu selama liburan di Batam. Aku teringat dengan teman
Hasan seusia dengannya sama sama tempohari mengucapkan dua kalimat syahadat, di
Laos. Kembali ke agama semula, hidayah yang sebentar diterimanya memudar
kembali.
Itulah sebab setiap
ada kesempatan bertemu dengan teman temannya terutama pada ustadz yang
membimbing dan mengajarinya, Hasan kutitipkan khusus, Hasan boleh dikata orang
Laos pertama Islam di kampungnya. Bukankah dia muallaf orang yang dilembutkan
dipujuk hatinya?.
Kutahu Hasan tak punya
duit banyak, sebulan ia hanya diberi 600 ribu rupiah, itu yang dihemat untuk
makan minum dan keperluan lainnya.
“Rendangnya sudah habis tiga hari lalu pak.”
Katanya, lauk itu tak dimakannya sendiri terkadang dibagikannya juga kepada
teman sekamarnya. “Ongkos naik kapal dari Batam ke Dabo, 70 ribu rupiah.
Katanya
lagi saat kutanya ada ongkosnya mau ke Dabo. Harga tiket sebegitu bukan naik
Ferry cepat tetapi naik kapal RoRo dari pelabuhan Telaga Punggur Batam, belasan
jam baru sampai tujuan.
“ Jangan khawatir pak, soal makan dan minum selama di
Dabo Insyaallah.” Ujar teman Hasan yang mengajaknya.
Ustadz Firdaus
imam sholat taraweh malam itu mengenalkan Hasan kebeberapa jamaah, terutama tentang
ke-islaman Hasan. Pria 30 an tahun ini juga salah seorang pengajar di Mahad
tempat Hasan belajar, Lc, juga Sarjana Pendidikan Islam alumni dari LIPIA
Jakarta ini, tahu betul tentang Hasan selama di Batam. Ia Hafizd, meskipun
belum 30 juss, Firdaus sangat peduli terhadap Hasan, sengaja kuminta mohon agar
perhatian khusus terhadapnya, baik bimbingan ibadah maupun ketauhidan.
Semoga Hasan
tetap Istiqomah di dalam Islam. Terima kasih kepada semua yang telah membantu
Hasan mulai dari Laos sampai belajar di Batam. Baik Materi maupun doanya.