Masjid ini awalnya dulu berdiri di seputaran Sei
Jodoh Batu Ampar Batam, terletak di tengah pemukiman penduduk. Rumah rumah
penduduk ketika itu belum ada yang permanen, kalau pasang besar air laut hampir
mencapai halaman masjid ini, jadi
tidak berapa jauh bibir pantai laut Sei Jodoh itu. Penduduk kian ramai
masjidpun tak mampu lagi menampung jamaah terutama jamaah sholat jumat, apalagi sholat taraweh.
Uutuk menampung
banyaknya jamaah itu, beranda masjid sampai disambung dua kali tambahan atapnya, kekiri kekanan dan kebelakang. Demikianlah
kondisinya, saat penataan dan pemindahan penduduk dari daerah sekitaran kampung
Sei Jodoh itu, terutama akibat kebakaran besar di Batam. Namun kebakaran itu
tidak sampai menghanguskan masjid.
Penataan penduduk termasuk juga lokasi
masjid yang lama dipindah agak ke tempat yang lebih tinggi yaitu dilokasi yang
sekarang ini. Masjid yang belum berama ini diberi nama Baitusy Syakur, di pemukiman warga yang ikut pindah
ketempat baru pun dibangun juga masjid, seperti masjid di Pelita ada masjid Al
Hidayah, di bukit Sei Jodoh, Sei Panas, Kampung Boyan dan dibeberapa tempat
lainnya.
Besamaan
dengan pemberian nama masjid Baitusy
Syakur ini, masjid di Bukit Senyum dikenal dengan nama masjid Pandito pun di
beri nama Baitul Makmur dan masjid di Bukit Sei Harapan Sekupang diberi nama Masjid Baiturrahman.
Masjid Baitusy Syakur ini tak pernah sepi sepanjang hari ada saja orang yang sholat
dimasjid yang terletak di tengah kota Batam ini. Tempat sholat terus diperlebar ruangan sholatnya, habis
sudah halaman kebelakangnya dijadikan ruang sholat, tempat wuduknya pun dibawah
tempat sholat, disesuaikan dengan
konstur lokasi tanah. Dulu sebelum ada water treatment PDAM, air untuk keperluan
masjid dari sumur yang ada disitu, satu
sumur didaerah Sei Jodoh yang airnya tak pernah kering.
Kemarin sholat teraweh di masjid itu, masjid itu penuh sesak
oleh jamaah. Sekarang disekeliling masjid itu berdiri pertokoan, hotel, tempat bisnis lainnya. Parkiran masjid ini tidak begitu luas, kecil
sekali hanya cukup beberapa kenderaan roda empat saja. Terlihat ramai
jamaah, terutama jamaah orang dewasa, nyaris tak terdengar suara anak
anak berlarian, atau bising sambil bercanda sesama, seperti di masjid masjid
lain. Mungkin karena tidak ada pemukiman penduduk lagi disekitarnya. Atau anak anak kurang leluasa main
disekitaran masjid itu.
Setelah di renovasi oleh pengurus yang baru, bentuk masjid ini terlihat indah terutama
bagian depan dan menaranya. Namun tidak seperti masjid yang
lain, belum ada pendingin ruangan, kini masih memakai kipas angin. Cukup lama
juga tidak mampir ke masjid ini, dulu acap berhubungan dengan pengurus masjid,
mereka langganan Buletin Jumat yang kami cetak dan sebarkan.
Yang terlihat
hanya seorang yang kukenal yaitu Mukhlis Batu Bara, beliau salah seorang Imam
di masjid itu, sudah bertugas 26 tahun. Sejak muda dulu lagi pemuda asal
Mandailing ini, menjadi pengurus Remaja Masjid bersama Abdul Mutalib.
Mudah mudahan saja masih ada. Dan masih tetap eksis membantu para perantau yang kesulitan dan membutuhkan tempat berteduh sementara.