Masjid Baitusy Syakur Sei Jodoh : Taraweh di Salah Satu Masjid Tertua di Batam.


Gambar mungkin berisi: Maarof Salleh, duduk


Masjid ini awalnya dulu berdiri di seputaran Sei Jodoh Batu Ampar Batam, terletak di tengah pemukiman penduduk. Rumah rumah penduduk ketika itu belum ada yang permanen, kalau pasang besar air laut hampir mencapai halaman masjid ini, jadi tidak berapa jauh bibir pantai laut Sei Jodoh itu. Penduduk kian ramai masjidpun tak mampu lagi menampung jamaah terutama jamaah sholat jumat, apalagi sholat taraweh

Uutuk menampung banyaknya jamaah itu, beranda masjid sampai disambung dua kali tambahan atapnya, kekiri kekanan dan kebelakang.  Demikianlah kondisinya, saat penataan dan pemindahan penduduk dari daerah sekitaran kampung Sei Jodoh itu, terutama akibat kebakaran besar di Batam. Namun kebakaran itu tidak sampai menghanguskan masjid. 

Penataan penduduk termasuk juga lokasi masjid yang lama dipindah agak ke tempat yang lebih tinggi yaitu dilokasi yang sekarang ini. Masjid yang belum berama ini diberi nama Baitusy Syakur, di pemukiman warga yang ikut pindah ketempat baru pun dibangun juga masjid, seperti masjid di Pelita ada masjid Al Hidayah, di bukit Sei Jodoh, Sei Panas, Kampung Boyan dan dibeberapa tempat lainnya.

Besamaan dengan pemberian nama masjid Baitusy Syakur ini,  masjid di Bukit Senyum dikenal dengan nama masjid Pandito pun di beri nama Baitul Makmur dan masjid di Bukit Sei Harapan Sekupang diberi nama Masjid Baiturrahman. 

Masjid Baitusy Syakur ini tak pernah sepi sepanjang hari ada saja orang yang sholat dimasjid yang terletak di tengah kota Batam ini. Tempat sholat terus diperlebar ruangan sholatnya, habis sudah halaman kebelakangnya dijadikan ruang sholat, tempat wuduknya pun dibawah tempat sholat, disesuaikan dengan konstur lokasi tanah.  Dulu sebelum ada water treatment PDAM,  air untuk keperluan masjid dari sumur yang ada disitu, satu sumur didaerah Sei Jodoh yang airnya  tak pernah kering.

Kemarin sholat teraweh di masjid itu, masjid itu penuh sesak oleh jamaah. Sekarang disekeliling masjid itu berdiri pertokoan, hotel, tempat bisnis lainnya. Parkiran masjid ini tidak begitu luas, kecil sekali hanya cukup beberapa kenderaan roda empat saja. Terlihat ramai jamaah, terutama jamaah orang dewasa, nyaris tak terdengar suara anak anak berlarian, atau bising sambil bercanda sesama, seperti di masjid masjid lain. Mungkin karena tidak ada pemukiman penduduk lagi disekitarnya.  Atau anak anak kurang leluasa main disekitaran masjid itu. 

Setelah di renovasi oleh pengurus yang baru, bentuk masjid ini terlihat indah terutama bagian depan dan menaranya. Namun tidak seperti masjid yang lain, belum ada pendingin ruangan, kini masih memakai kipas angin. Cukup lama juga tidak mampir ke masjid ini, dulu acap berhubungan dengan pengurus masjid, mereka langganan Buletin Jumat yang kami cetak dan sebarkan. 

Yang terlihat hanya seorang yang kukenal yaitu Mukhlis Batu Bara, beliau salah seorang Imam di masjid itu, sudah bertugas 26 tahun. Sejak muda dulu lagi pemuda asal Mandailing ini, menjadi pengurus Remaja Masjid bersama Abdul Mutalib. 

Sebagai remaja masjid mereka dulu acap membantu para musafir atau perantau yang datang ke Batam yang kemalaman, dan tidak ada tempat bermalam, beranda majid ini ada tempat khusus disiapkan untuk para perantau itu. Entah sekarang apakah masih ada kepengurusan Remaja Masjid di masjid ditengah kota yang dikelilingi pertokoan dan hotel hotel serta pusat bisnis itu. Tak sempat kutanyakan. 

Mudah mudahan saja masih ada. Dan masih tetap eksis membantu para perantau yang kesulitan dan membutuhkan tempat berteduh sementara.