Masjid Baiturrahman Sei Harapan : Taraweh di Masjid Raya Pertama di Batam


Gambar mungkin berisi: 4 orang, termasuk Imbalo Iman Sakti dan Edward Hasbullah, orang tersenyum, orang duduk dan dalam ruangan
Setelah selesai berbuka dan sholat magrib di mushola Rumah Sakit Embung Fatimah Tembesi Batu Aji, aku bergegas menuju Masjid Baiturrahman Sei Harapan Sekupang. Mushola di rumah sakit itu tidak melaksanakan sholat taraweh. Jauh nya jarak kedua tempat antara rumah sakit dengan masjid Baiturrahman, ditempuh sekitar 10 menit dengan kenderaan roda empat. Jalanan terlihat agak sepi dan lengang selepas berbuka puasa. baca : Berbuka di Rumah Sakit Embung Fatimah Batam. Semoga Lekas Sembuh Ary.

Sesampai di parkiran masjid aku kembali berwuduk, terlihat banyak keran keran wuduk baru terpasang, awal berdiri masjid ini tempat wuduknya mirip tempat wuduk masjid istiqlal Jakarta, terbuat  dari stenlis stell, bersegi enam. 
Masjid ini terletak di ketinggian bukit Sei Harapan, jauh dari pemukiman penduduk. Halaman masjid terlihat masih kosong, begitu juga di dalam masjidya, di sayap bagian depan luar, seseorang sedang menyantap makanan dalam kotak.

Di dalam masjid ada seorang sedang membaca quran, ada yang tiduran. Selepas sholat tahyatul masjid, aku keluar kembali. Kutelusuri samping kanan dan di belakang masjid, disitu berdiri beberapa kios kios menjual baju dan keperluan sholat lainnya.
Tak ada satupun kios-kios itu menjual makanan, aku belum makan, tadi berbuka di rumah sakit, hanya minum air mineral saja. Ada sebuah ruangan rada luas, terlihat dari jendela, didalamnya ada beberapa orang sedang makan, dalam talam besar. 

Rasanya agak malas mau turun kebawah,  ke pasar Sei Harapan,  dibawah banyak kedai menjual nasi  dan makanan lainnya, ada juga beberapa restoran. 
Aku kembali masuk kedalam masjid didalam tas yang selalu kubawa,  ada makanan ringan. akh itu sajalah dulu yang kumakan pikirku.
Ada seseorang sedang memeriksa peralatan yang terdapat dalam ruangan utama masjid itu, aku menegurnya, kami bersalaman, namanya Pak Amin, rupanya dia salah seorang pengurus masjid. Sudah cukup lama juga tidak bertemu dengan para pengurus masjid, karena jarang sholat berjamaah di masjid itu, kalaupun sholat disana, hanya kebetulan lewat dan waktu sholat sudah tiba.  
Masjid Baiturrahman Sei Harapan Sekupang ini, dulu adalah masjid termegah dan terbesar di Batam. Bahkan masjid ini pernah menyandang Masjid Raya Batam.
 
Tahu kalau aku belum makan, pak Amin memberikanku sebungkus nasi kotak berikut air minumnya. Masih ada beberapa kotak lagi tersisa tadi berbuka bersama disini katanya.  Rupanya masjid inipun menyediakan makanan berkuka kepada jamaah.
“Kami siapkan sekitar 300 kotak nasi sumbangan dari jamaah.” Kata bang Udin bendahara  masjid Baiturrahman itu kepadaku selepas sholat taraweh.
Masjid ini dulu di bangun di lokasi lahan peternakan yang cukup luas, Double Bell Ranch namanya, disekitaran masjid itu berdiri beberapa kantor pemerintahan. Saat itu juga Kantor Otorita Batam masih di Sekupang, belum ke Batam Center. 
Masjid yang kubahnya bersusun tiga ini mirip dengan masjid masjid yang di bangun oleh Yayasan Muslim Pancasila di seluruh Indonesia. Halaman parkirnya cukup luas dapat menampung ratusan kenderaan roda empat. Jaamahnya selalu ramai.
Namun malam itu sholat Isya hanya dua baris shaf jamaah lelaki, baris kdua tidak penuh, sementara pada sholat taraweh jamaah bertambah jadi tiga shaf, baris ketiganya hanya sedikit orang. 
Dari ketinggian masjid itu terdengar suara azan dan suara ceramah agama dari speaker masjid lain. Sekarang ada beberapa masjid lainnya yang juga melaksanakan sholat berjamaah, jadi maklum lah masjid ini tak begitu ramai lagi jamaahnya. 
“Tetapi kalau malam jumat jaamah disini ramai sekali pak, terkadang jamaahnya sampai ke halaman.” Ujar Muzakkir salah seorang anggota Jamaah Tabligh yang hampir setiap malam jumat datang kesana, dan sememangnya masjid ini sekarang kalau di luar negeri terkenal dengan sebutan markas bagi jamaah tablig.

“Sejak 2018 lalu masjid ini telah diserahkan pengelolannya dibawah Pemerintah Kota (PEMKO) Batam.” Ujar Edward Hasbullah, salah seorang sekretaris pengurus masjid itu. 
Bersama bang Udin yang menjabat bendahara. Dan sepertinya mereka berdua ini yang masih kukenal dari sekian ratus jamaah masjid itu. 

Jadi teringat denagn bang Udin ini, di Batam waktu itu banyak yang bernama Udin, yang satu ini digelar Udin Arab, mungkin karena perawakannya seperti orang Arab, hidungnya mancung, pegawai otorita Batam ini sejak muda lagi sudah bergerak dibidang sosial. Acap membantu mengukur lahan terutama lahan untuk rumah ibadah, termasuklah lahan masjid ditempat kami. 
Ada juga namanya Udin Aras, lelaki ini asal Sulawesi, juga pegawai otorita Batam, ada lagi Udin Rumah Sakit karena ia bekerja di rumah sakit otorita Batam juga. 
Mereka semua sudah tua tua usianya sudah diatas 60 an tahun. 

Banyak yang kami bincangkan selepas sholat taraweh bernostalgia masa lalu.
Rasanya dulu bangga sekali berjamaah di masjid ini, masjid yang acap kami buat kegiatan sekala besar tingkat kota Batam, karena masjid ini memang cukup besar ketika itu seperti kegiatan Festival Anak Shaleh, bahkan pertemuan Pencak Silat mengundang dari luar negara pun kami inapkan disini. Dan tentu banyak lagi kegiatan keagamaan lainnya. 
Perutku terasa lapar, karena memang belum diisi sejak berbuka tadi, nasi kotak dari pengurus  masjid belum lagi kumakan.  Kupamit kepada sobatku ini mohon maaf lahir dan batin, semoga kita dipanjangkan umur, dapat berjumpa lagi. Maklum walaupun sama sama di Batam, tetapi punya kesibukan dan urusan masing masing, apalagi masing masing pula sudah punya cucu.

Aku pulang ke Bengkong Batu Ampar lumayan juga jauhnya dari Sei Harapan Sekupang sekitar 20 an kilo meter, perlahan sambil menikmati suasana malam, jalanan pun tak begitu ramai.