Wisata Dakwah Ala Bu Yulia dan Bu Elly (2)


Berada di Batam selama 3 hari 2 malam, kegiatan kedua ibu yang tergabung dalam grup Silaturahim Muslimah Indonesia Singapura ini cukup padat. Dihari kedua itu setelah mengunjungi pulau paling ujung di Batam yaitu pulau Galang Baru, mengunjungi sekolahan dan beberapa rumah penduduk, serta ketempat penjemuran ikan teri, dan membelinya untuk oleh oleh dibawa pulang ke Jakarta, selanjutnya mampir di Camp bekas pengungsian Vietnam di Pulau Galang.

Istirahat sebentar menikmati air buah kelapa muda dan membeli gorengan disimpang jalan menuju Mahad di Tembesi, terasa nikmat sekali. Kami mampir di Mahad Said Bin Zaid, renca hanya lima belas menit saja untuk kami yang orang Batam melaksanakan shalat Juhur.

Bertemu dengan para mahasiswa dari berbagai negara Asean yang menuntut ilmu di Mahad yang didirikan oleh Asia Muslim Charity Foundation bekerjasama dengan Muhammadiyah Batam itu, akhirnya kami makan siang bersama dengan puluhan mahasiswa yang berasal dari Thailand, Malaysia, Singapura, Piliphina, Kamboja, dan tentu dari Indonesia.

Makan siang yang nikmat, dengan nasi bungkus lauk ayam gulai sambal cabe ijo dengan sayur nagka khas masakan Padang, lahap mungkin karena memang sudah waktunya makan dan perut lapar. Anak anak mahasiswa yang biasanya tengah hari selepas pulang kulia harus masak terlebih dahulu, siang itu makan bersama sambil duduk diteras asrama.

Hari Kamis itu ada beberapa anak yang tidak ikut makan siang karena puasa sunat, ada juga yang melaksanakan puasa sunat Daud, sehari puasa sehari tidak. Hal ini biasa dilakukan para Mahasiswa di Mahad itu, dengan uang saku rp. 600.000,- perorang untuk mahasiswa asing, apalagi untuk yang dalam wilayah Kepulauan Riau hanya rp. 400.000,- bukanlah hal mudah membaginya untuk belanja makan dan keperluan lainnya.

Apalagi yang tidak mendapatkan uang saku sama sekali, hal itulah yang membuat kedua ibu itu berunding akan memberikan bantuan sebisanya untuk menambah uang saku mereka. Untuk diketahui para Mahasiswa yang berda disitu bukanlah dari keluarga yang mampu.

Siang itu kami hendak ke pasar rencana membelikan sembako terutama beras  untuk mereka sebanyak 60 orang selama sebulan. Karena akan ke Telaga Punggur Kabil, dioutuskan besok Jumat saja sekalian hendak ke Pulau Bertam.

Nama nama yang akan menerima uang saku telah tercatat, terlihat bu Elly terharu, seperti hendak menitikkan air mata, seraya berucap, "Mereka meraka ini masih muda, yang nantinya akan mengembangkan Islam, sangat perlu kita bantu"

Iya, Islam tidak ada batas negara. beberapa mahasiswa yang berada di Mahad itu ada yang hafis 30 jus.Ada yang 20 dan ada yang 10 Jus. Sementara lainnya paling tidak 4 Jus harus hafal untuk mendapatkan sertifikat kelulusan dari Mahad nantinya.
Dan beberapa dari mereka pula ada yang mengajar Al Quran paroh waktu di Taman Pendidikan Al Quran yang berdekatan, di petang hari.

Hal ini pernah kami bincangkan bersama beberapa Mahasiswa yang lainnya, dan bila ada orang tua yang ingin belajar Al Quran putra putrinya, boleh mengontak kami. Mereka siap datang ketempat.

Kami berangkat dari Mahad itu, perjalanan yang tidak masuk dalam itinery, demikian sebutan bu Elly Koordinator grup Silaturahim Muslimah Indonesia di Singapura ini. Entah apa yang ada dalam pikirannya, tetapi ia sungguh puas atas kunjungan ke Mahad Said Bin Zaid tersebut melihat langsung kehidupan para Mahasiswa Asean yang menuntut ilmu Agama Islam.  Bersambung ........


 

 .