Mengunjungi Ternate dan Tidore


Kesempatan ke Ambon kusempatkan ke Ternate dan Tidore, dua nama tempat yang sejak lama ingin dikunjungi melihat bagaimana keberagamaan wilayah Kesultanan awal Islam di Timur Nusantara ini.

Sebelumnya membuka membaca google untuk mendapatkan informasi sebanyak banyaknya, tentang kegigihan para pejuang Islam mempertahankan Agama serta negaranya dari dijajah para kafir Spanyol, Portugis dan Belanda.

Kalau sebagai refrensi wilayah diutara dari kesultanan Ternante dan Tidore ini yaitu kepulauan Mindanao sampai ke Luzon sana yang kini bernama Piliphina itu, adalah mayoritas Islam hampir 95 persent, sejak di jajah Portugis dan Spanyol kini tinggal hanya 8 persen saja lagi, itupun mereka tinggal di Pulau Pulau yang berdekatan dengan Kalimantan seperti Basilam, Mindanao.

Kesultanan Ternate tidak pantang menyerah, dibujuk diajak berunding dan dibunuh, mereka tetap mempertahankan Islam.
Empat Kerajaan besar selain Ternate dan Tidore, adalagi Bacan dan Jailolo. Jailolo terletak di Pulau Halamera, berseberangan laut dengan Ternate.

Setelah mengunjungi Ternate dari Ambon, aku menuju Tidore, hanya beberapa menit saja naik boat laju dari Ternate. Kukunjungi Tapak Kedaton dan Masjid di Tidore, Masjid Sultan di Tidore terawat rapi, bersih dan sepertinya baru direnovasi, tidak terlihat lagi seperti bangunan yang sudah beratus tahun, sebagaimana masjid Sultan di Ternate.

Demikian juga Istana Sultan, baru di cat, dan rerumputan dan tamannya terawat rapi, diujung lapangan yang kini dibuat untuk bermain olahraga terdapat sebuah Makam. Terletak di kaki gunung menghadap laut terlihat Pulau Ternate dari anjungan Kedaton Sultan Tidore itu.

Balairung tempat menerima tamu kumasuki saat itu tidak ada orang , terdengar suara disamping rumah seperti rumah penjaga. Berjalan kesamping ada pohon mangga hutan, mengingatkan pohon mangga hutan yang ada di Ambon tempat berdirinya masjid Tua di Ambon yang sudah berusia 600 tahun.

Istana Sultan ini menghadap laut dan dibelakangnya gunung Tidore menjulang tinggi, demikian pula Istana Sultan Ternante terletak di kaki Gunung menghadap laut dan dilatarbelakangi gunung Ternate.

Tidak sempat ke Bacan dan ke Jailolo, dua sekutu Kesultanan ini yang menghadapi penjajah kafir, hendak mengkafirkan bumi Timur ini.
Kesultanan Ternate sampai ke Minahasa , Manado Sulawesi Utara, ke Sulawesi Tenggara di Muna sana, sampai ke Kupang Timor Leste dan ke Papua adalah jajahan takluknya, Demikian pulau Pulau Ambon dan Pulau seram serta pulau Pulau sekitarnya.

Liciknya Belanda dan penjajah kafir, mereka membuat politik memecahbelah mengiming imingi para perwakilan Sultan di daerah masing masing, untuk mendapat sokongan kekuasaan dan memberontak terhadap Sultan. Sejarah mencatat, Ambon yang dulu berpusat di Hila, diporak
porandakan, demikian pula di Sulawesi Utara, kini Islam tinggal minoritas.

Hal yang sama dilakukan para penjajah di bumi Manila, memberikan dan membagi bagikan tanah kesultanan kepada rakyat yang sudah menukarkan agamanya.

Merasakan hampir dua jam naik speed dari Tobelo ke Morotai badan rasanya dihempas hempaskan ombak, ingat pejuang pejuang Islam tempo dulu khususnya di bumi para raja raja ini (Maluku), bergetar bibir mengucapkan doa, semoga mereka diterima dan ditempatkan yang layak disisiNYA.