Sutan Juiddin Siregar Dalam Kenangan.



Gambar mungkin berisi: 2 orang, orang duduk dan dalam ruangan

“Ini Ulfa yang dulu TK disini.” Ujarnya padaku, mengenalkan putrinya Sri Ulfa Siregar. Kami berjumpa di kantin Sekolah Islam Hang Tuah Batam, yang kami kelola. Putrinya telah menjadi dokter dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan. Itulah terakhir kami berbincang agak lama dengan Tulang Sutan Siregar. Putranya, anak pertama juga seorang dokter tamatan dari Universitas Sumatera Utara. Disamping mengelola Sekolah, kami juga mengelola Poliklinik, Umum, Gigi dan Kebidanan, tetapi belakangan ini agak sepi, jadi tak bisalah Ulfa, praktik ditempat kami.

Akhir tahun 80 an iya datang ke Batam, masih muda belum lagi menikah, di Batam belum banyak pengacara, namanya langsung melejit di dunia advokasi i. Berpengalaman beberapa tahun  jadi pengacara di Medan sambil kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara lulus tahun 1987, pria asal Desa Sialaman Situmba Angkola Sipirok Tapanuli Selatan ini, menikah dengan Ida Rukiah Rangkuti.

“Ini nantulang yang baru.” Jelas Sutan kepadaku karena kulirik wanita paroh baya yang ikut bersama dengannya. Sejak menikah, kami memanggilnya jadi si Tulang, agak tabu rasanya bagi warga angkola memanggil nama kepada lelaki yang sudah menikah. Isteri pertamanya meninggal dunia, jadi si Tulang Sutan menikah lagi. Tulang, panggilan anak anak kami kepada beliau, jadi kamipun ikut membasakan panggilan itu kepadanya. 

Gambar mungkin berisi: 5 orang, orang duduk 
Hari ini sabtu (29/6) namanya masih tercantum di susunan pengurus halaman koran lokal Batam Pos sebagia tim Ombusmen, pernah dua priode menjadi ketua DPD Advokad Provinsi Kepulauan Riau. Pria lulusan Sekolah Dasar Sipirok Tapanuli Selatan ini setelah menikah awal tahun 90 an meskipun usianya masih muda, ia di daulat warga Tapanuli Selatan yang ada di Batam menjadi Ketua Ikatan Keluarga Batak Islam. “Almarhum juga sebagai penasihat di PPMSU bang.” Kata Ahmad Siregar yang hadir di rumah duka.
         
Awal Reformasi, kami bertemu di Hotel Bukit Nagoya, antara lain kami bersama dengan Juhrin Pasaribu, Taba Iskandar, saat itu sedang pembentukan partai, nama Amien Rais cukup populer dengan partai PAN nya, ketiga mereka ini yaitu Suntan J Siregar, Juhrin Pasaribu dan Taba Iskandar diajak berkolaborasi menjadi tim advokasi partai yang baru dibentuk di Batam itu. Lulusan S2 Hukum Universitas 17 Agustus Jakarta tahun 2008 ini, kliennya terbanyak menyangkut soal perburuhan, disusul kasus kasus pidana dan perdata.

Tidak semua yang dibela, ia yang jadi pengacaranya, terorpun acap mengancamnya. Begitu juga kuasa hukum yang diberikan kepadanya, dicabut kembali pun dialaminya. Pria kelahiran 29 Maret 1963 ini berseteru dalam kasus Mindo perwira menengah Polri Batam, yang menghilang lebih sembilan tahun setelah jatuh hukum, Sutan Siregar terlibat dalam hal itu, terbetik berita Mindo tertangkap di Lampung, dua hari kemudian masuk sms ke hpku, “Innalillahi wainna ilaihi roajiun, telah berpulang Sutan J Siregar, pengacara Batam, pada Jumat, pukul 21.00 di Rumah Sakit Budi Kemuliaan, semoga Almarhum, diterima disisi Allah, diampunkan segala kesalahannya.” Tertanda Ivan Siregar.

Tengah hari Sabtu (29/6), mengunjungi rumah duka di Bengkong Harapan Batam, terlihat ramai rekan para advokat di tenda yang telah disediakan, tiga putra putri beliau, duduk khusuk, disamping jenazah. “Nunggu Nenek dari Sipirok, jadi dikebumikan selepas Ashar, InsyaAllah.” Ujar Mirwan Siregar, rencana semula selepas Zuhur.

Didinding rumah duka terlihat tulisan “Sutan Juiddin Siregar bin Baginda Barani Siregar  tutup Usia 56 Tahun”. Selamat jalan Tulang Sutan Siregar, Allahumahgfirlahu warhamhu waafini wafuanhu. Jasa mu tetap kami kenang.