"Head Village said have to put if not put can't go to kubor because everyone put suit. That's why i have to put suit my father" tulis Rohana, isteri Ismail, pasangan petama orang Laos yang Muslim di provinsi Oudomxai. Jadinya jasad pak Ayyub yang meninggal dunia dikubur memakai Jas.
Tidak ada kubur untuk orang Islam di kampung itu, kampung yang terletak sekitar 700 kilometer dari ibukota negara Laos, Kota Vientiane. Di Vientine pun hanya terdapat dua masjid satu msjid Pakistan yang satunya lagi masjid Kamboja, masih hitungan jari orang Muslim disana, pendatang dari Thailand, Kamboja, dari Pakistan atau India.
Pak Ayyub demikian nama lelaki 50 tahunan itu setelah mengucapkan syahadatain, dia lah lelaki pertama yang memeluk Islam di kampungnya Ban Ngiu Provinsi Oudomxai, Isterinya serta ketiga anaknya lelaki diikuti dua menantu lelakinya, dan dua tetangganya.
Setelah bulan Ramadhan tahun 2017 lalu aku kesana, kami sahur bersama dan buka bersama, pak Ayyub masih segar lagi, kami memasang instalasi air untuk wuduk dari sungai yang mengalir dibawah tempat tinggalnya. Sebuah bangunan ukuran 5 x 8 meter dibangun oleh rekan dari Malaysia dijadikan tempat sholat dan ditempat itu juga kami bermalam.
Ismail (21) adalah anak pak Ayyub menikah dengan Rohana (25), Rohana perempuan kelahiran Pongsali provinsi paling utara di Laos sekitar 600 kilometer dari tempat Ismail berada, mereka bertemu di Vientiane sama sama bekerja disana. Di ibukota negara Sosial Komunis itu, mereka mengikrarkan menjadi muslim dan menikah.
Untuk menambah pengetahuan tentang ke-Islaman mereka, bulan Oktober 2017 berdua suami isteri itu berikut dengan anaknya Yacub (6) anak dari suami pertama Rohana, datang ke Batam. Belajar di Mahad Said Bin Zahid. Bulan Februari 2018 Rohana berkata kalau dia sekarang hamil, kalau bisa melahirkan di Laos saja.
Ismail yang baru belajar di Mahad beberapa bulan saja, pun ingin pulang bersama, kehamilan Rohana sudah memasuki bulan kelima. Meraka belum lancar bahasa Indonesia, demikian pula bahasa Arab yang dipelajari belum dimengerti. Alhamdulillah untuk membaca Quran keduanya sudah lancar.
Bulan April mereka pulang via Kuala Lumpur ke Luang Prabang Laos, seminggu setelah disana dikabarin kalau pak Ayyub ayahnya sakit dan dirawat di Hospital.
Tidak ada kubur untuk orang Islam di kampung itu, kampung yang terletak sekitar 700 kilometer dari ibukota negara Laos, Kota Vientiane. Di Vientine pun hanya terdapat dua masjid satu msjid Pakistan yang satunya lagi masjid Kamboja, masih hitungan jari orang Muslim disana, pendatang dari Thailand, Kamboja, dari Pakistan atau India.
Pak Ayyub demikian nama lelaki 50 tahunan itu setelah mengucapkan syahadatain, dia lah lelaki pertama yang memeluk Islam di kampungnya Ban Ngiu Provinsi Oudomxai, Isterinya serta ketiga anaknya lelaki diikuti dua menantu lelakinya, dan dua tetangganya.
Setelah bulan Ramadhan tahun 2017 lalu aku kesana, kami sahur bersama dan buka bersama, pak Ayyub masih segar lagi, kami memasang instalasi air untuk wuduk dari sungai yang mengalir dibawah tempat tinggalnya. Sebuah bangunan ukuran 5 x 8 meter dibangun oleh rekan dari Malaysia dijadikan tempat sholat dan ditempat itu juga kami bermalam.
Ismail (21) adalah anak pak Ayyub menikah dengan Rohana (25), Rohana perempuan kelahiran Pongsali provinsi paling utara di Laos sekitar 600 kilometer dari tempat Ismail berada, mereka bertemu di Vientiane sama sama bekerja disana. Di ibukota negara Sosial Komunis itu, mereka mengikrarkan menjadi muslim dan menikah.
Untuk menambah pengetahuan tentang ke-Islaman mereka, bulan Oktober 2017 berdua suami isteri itu berikut dengan anaknya Yacub (6) anak dari suami pertama Rohana, datang ke Batam. Belajar di Mahad Said Bin Zahid. Bulan Februari 2018 Rohana berkata kalau dia sekarang hamil, kalau bisa melahirkan di Laos saja.
Ismail yang baru belajar di Mahad beberapa bulan saja, pun ingin pulang bersama, kehamilan Rohana sudah memasuki bulan kelima. Meraka belum lancar bahasa Indonesia, demikian pula bahasa Arab yang dipelajari belum dimengerti. Alhamdulillah untuk membaca Quran keduanya sudah lancar.
Bulan April mereka pulang via Kuala Lumpur ke Luang Prabang Laos, seminggu setelah disana dikabarin kalau pak Ayyub ayahnya sakit dan dirawat di Hospital.
Dan sudah disholatkannya dan dikafani seperti permintaan Ketua Kampung mereka.
"Finis already about my Father" tulisnya lagi sembari mengirimkan poto jenazah ayahnya yang dipakaikan baju dan sebagian dibungkus mereka dengan kain puti.
Tak ada teman yang ingin membantu pengkebumian ayahnya, " Bagaimana tentang pengkebumian, siapa yang bantu" Tanyaku.
"With my village people, because we don't have handle yet" jawabnya.
Aku terhenyak, tak tahu hendak berkata apa, tiga orang teman Ismail dari provinsi lain datang menjenguk, tetapi mereka pun tak bisa berbuat apa apa. Laos Negara Komusnis Negara di Asean yang paling sedikit Muslimnya. Kampung berbukit bukit berbatasan dengan Cina, Myanmar, Thailand dan Kamboja itu, nyaris ada datang pendakwah kesana.
Rohana yang pernah bekerja di Manila dapat berhabasa Inggris, memeluk agama Kristen disana setelah pulang ke Laos bekerja di Vientiane, mendengar ceramah agama melalui Youtube oleh Zakir Naik dan tergerak masuk Islam, sementara Ismail, melalui Televisi yang disiarkan melaui TV Islam dari Bangkok, negara yang bertetangga dengan negaranya, kebetulan bahasa dikedua negara itu lebih 60 persen dapat saling berkomunikasi.
Semoga Allah menerima jasad serta amal ibadah pak Ayyub, dan mengampuni segala dosa dosanya