Malam itu setelah
sholat Isya berjamaah di mushola ukuran
4 x 7 meter yang memanjang dari utara keselatan itu, kami mensyahadat ulang
seorang lelaki di kampung Ban Ngiu Mueng Houng provinsi Oudomxai. Lelaki yang
sudah beristeri dan punya seorang anak lelaki itu, konon telah beberapa tahun
yang lalu telah mengucapkan Syahadat di sebuah masjid di Vientiane ibukota
Laos.
Sungguh aku tak
faham apa yang dibicarakan oleh Bang Andy demikian aku memanggil lelaki usia 40
an tahun ini, berbicara dengan Ismail dalam bahasa Laos. Ismail pula satu
satunya lelaki Laos yang ada di kampung itu yang dapat mengerti sholat dan
menjadi imam kami pada shalat Isya tersebut. Bang Andy tinggal di Luang Prabang
sekitar 12 jam perjalanan dari Oudomxai, Luang Prabang dahulunya bekas ibukota
Laos sebelum menjadi negara Republik Sosialis seperti sekarang ini.
Bang Andy menoleh
kepadaKu seperti biasa setelah ia berbicara dalam bahasa Laos, “Mereka sekarang
sudah lebih 20 orang Islam di kampung ini, seandainya ada yang meninggal
bagaimana?” Tanya lelaki warga negara Malaysia yang menikah dengan wanita Laos
itu. Aku terkesiap mendengarnya, padahal yang kami bahas tentang menikahkan
ulang adalah mereka keluarga yang sudah memeluk Islam .
Jadi teringat
dengan Chek Lie seorang perempuan terkahir orang Laos yang meminta dikuburkan
secara Islam di Savanakhit satu provinsi yang berbatasan dengan Thailand dan
Vietnam dan dekat pula dengan Kamboja. Hingga meninggal ibu Chek Lie ternyata
tak dikebumikan secara Islam karena hanya beliau orang Islam disana. Sementara
anak anaknya kembali murtad setelah menikah dan setelah ayah mereka meninggal
dunia.
Sepulang dari
Oudomxai ke Luang Prabang kukatakan pada bang Andy sewaktu ke Savanakhit
tempohari aku mencari kuburan Islam dengan teman dari Thailand yang dapat
berbahasa Laos dan kami menemukan kuburan tua, meskipun di provinsi itu tidak
ada lagi Islam.
Masjid hanya dua
di Laos, terdapat di Ibukota negara itu, penduduk asli Laos yang menganut Islam
hanya belasan orang, beberapa puluh keluarga Islam ada di Vientiane migran dari
Kamboja saat peristiwa Pol Pot tempohari. Dan lebih banyak berasal dari
Pakistan dan India. Itu sebabnya satu masjid di Vientiane bernama masjid
Pakistan dan satunya lagi masjid Kamboja.
Aku pernah
berjalan dengan bus dari Hanoi Vietnam menyeberangi sempadan Laos sampai ke
Vientiane, dan dari Vientiane sampai ke selatan negara itu di Provinsi Pakse
menyeberang ke Kamboja. Tak terlihat sebuah masjid pun dalam perjalanan ribuan
kilometer itu.
Luang Prabang
satu ibukota besar dan terkenal dizamannya, daerah ini berbatasan langsung
dengan Cina Selatan dengan provinsi Kunming Yunan sekarang. Konon hubungan
dagang kedua pemerintahan itu dulu berjalan lancar, Kunming Yunan mayoritas
penduduknya Islam. Yunan pun bukan daerah yang punya akses ke Laut sama dengan
Luang Prabang. Aliran sungai dari daratan Cina itu mengalir ke Luang Prabang sebelum
ke Thailand Kamboja Vietnam dan Laut Cina Selatan.
“Mekong River,
tak mungkin tidak ada Islam di Luang Prabang”
statemen kepada bang Andy. Rupanya hal ini mengusik pikiran bang Andy,
pria yang mengelola Restoran Halal di Luang Prabang ini, pagi setelah kami tiba
di Luang Prang, ia, mengajakku keliling
kota Luang Prabang konon katanya duhulu ada bangunan masjid di dekat kota
sepintas lalu ia mendengarnya.
Seluruh bangunan
di Luang Prabang dibawah kawalan UNESCO, dilindungi, nyaris tidak ada bangunan
disana yang berdiri 4 lantai, tidak lebih tinggi dari bangunan Istana Raja yang
masih berdiri megah. Kami tak menemukan apa yang kami cari, mau bertanya, bukan
lah hal yang mudah terutama tentang Islam dinegara komunis itu. Apalagi kami
pendatang.
Bang Andy tak
berputus asa, pagi ini dipertengahan Bulan
Agustus 2017 ia memposting ada kuburan Islam ditemukannya yang berada arah ke
Airport, kuburan bertarikh 1906 itu ditumbuhi semak belukar, yang kini sudah
dibersihkan mereka.
Aku tersenyum
mengingat sesaat hendak pulang ke Batam via Kuala Lumpur ditengah perjalanan ke
Bandara kutanyakan kepadanya, “Seandainya bang Andy yang meninggal nak dikubur
dimana?”. Dengan senyum khasnya ia menjawab diantar ke Kelantan. Tapi sekarang
tak payah lagi ke Kelantan dah ada kubur muslim disana. “Tak dibakar ya bang
Andy”