Kerusuhan Etnis di Tanjung Balai

Kejadian rusuh etnis di Tanjung Balai Sumatera Utara, jadi teringat dengan tulisanku tahun 2008 yang lalu.
Kutulis berdasarkan buku yang kubaca yaitu CINTA BERSEMI DI SEBERANG TEMBOK karya BAGIN.
Kalau sekedar memberitahu volume suara azan tidak akan terjadi seperti itu, sebaiknya ada penjelasan dari pak Yusuf Kalla, selaku ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) sebesar apa suara azan yang dibenarkan. Lagian petentengan bangat etnis wni keturuan itu melabrak petugas masjid yang sedang azan. Bukankah ada perangkat RT RW disitu?.  Cinta Bersemi Di Seberang Tembok
 
Untuk Satya Sembiring.
"imlek di Batam memang selalu seperti itu, saya memang batak tapi sudah jadi keluarga china di Batam. eh semua tradisi imlek juga saya jadi ikut…
kebetulan saya tinggal di komplek cina juga, eh walau saya jadi anak di keluarga itu malah orang pikir saya pekerja    hehehehe"  kata Satya Sembiring dalam emailnya kepadaku.

Karena tak jadi nak jeput dan mengantar pak Jamal,  hari kamis (7/2), tepat saat imlek aku ke perpustakaan sekolah, ada ratusan judul buku cerita terbitan balai pustaka koleksi perpustakaan sekolah kami, salah satunya CINTA BERSEMI DI SEBERANG TEMBOK karangan BAGIN , buku itulah yang kubaca.
Bagin, dilahirkan pada tanggal 7 September 1927 di Binjai, Sumatera Utara. Banyak menulis di majalah INDONESIA berupa cerpen dan artikel kebudayaan; aktif  pula sebagai wartawan di Medan. Sekarang menetap di Jakarta, menjadi penulis tetap Suratkabar Mingguan "Simponi", dan mencurahkan pehatiannya pada artikel kebudayaan. Aktif juga menulis repertoir untuk grup teater yang dipimpinnya sendiri. "DERAP KAKI DENDAM HATI". merupakan pengungkapanpartisipasi kaum remaja pada priode revolusi fisik, yang sangat berkesan ke dalam jiwanya di mana ia sendiri turut sebagai Barisan Bersenjata Republik waktu itu. Begitu riwayat singkat tentang Bagin.
Ringkasan dari cerita Cinta Bersemi Di Seberang Tembok, mengisahkan seorang Yusuf yang merasa dendam dan benci terhadap orang Cina, karena pasukan Poh An Tui yang bergabung dengan pasukan Belanda pernah menyiksa ayahnya. Tetapi rupanya sejarah dan nasib telah menentukan lain. Setelah perang selesai, Yusuf mempunyai hubungan batin dengan Ko Lian Mien, seorang gadis Cina. Kesulitan datang dari berbagai pihak, terutama dari ibunya sendiri. Namun cinta mereka sudah mendalam, dan dengan berbagai jalan mereka berusaha untuk membangun keluarga. Tekad mereka terwujud dengan perjuangan yang penuh keuletan dan keyakinan.
Cerita ini setingnya di Medan pada pertengahan tahun 1966 saat bergolak demontrasi sekelompok pemuda ektrim anti Cina, sejarah mencatatnya, bukanlah menjadi lembaran emas bagi arsip nasional, melainkan sebaliknya. Radio dan pres luar negeri mengecam keras adanya aksi kelompok ekstrim yang berbau rasial itu, tidak terkecuali pres dari negara-negara sahabat. Dan tentu saja Pemerintah juga tidak menyetujui aksi yang berbau rasialis sebagai cara penyelesaian masaalah Tionghoa perantauan. Tulis Bagin di hal 107 saat Yusuf di culik.
Buku ini bagus kau baca Satya Sembiring...................   walaupun saat itu kau belum lahir.....cerita di Medan itu bisa kau tanyakan kepada orang tua mu ....... Saat itu aku berusia 13 tahun dan aku menyaksikan sendiri peristiwa itu, rumah kami di jalan Negara di simpang ujung jalan Wahidin, tetangga kami si Acen, Alai, Akiong adalah teman sepermainanku,  hampir semuanya warga keturunan, kayaknya hanya kami yang muslim diseputaran itu, saat itu ..........  Ada api ada asap........pepatah melayu mengatakan demikian.    
Aku takut hal seperti tahun 1966 itu terulang kembali, bisa lebih dahsyat lagi efeknya....  kesenjangan-kesenjangan seperti  tahun-tahun diawal Orde Baru mulai terasa, lihatlah apa-apa semua serba mahal. Guru, Paramedis pun sudah pada demo, indikasi negara kurang aman katanya kalau guru dan paramedis sudah turun ke jalan.
Mudah-mudahan pemerintah kita arif menyikapinya....

https://imbalo.wordpress.com/2008/02/08/cinta-bersemi-di-seberang-tembok/