Islam di Myitkyina (3)


Dari Catatan Perjalanan ke Burma:
Makanan Halal dan Hotel Islam di Burma.

Di Yangon ada beberapa hotel dikelolah pengusaha muslim begitu pula banyak restoran halal. Namun di Myitkyina sepertinya hanya ada sebuah restoran yang cukup besar menjual makanan halal milik seorang muslim, ramai dikunjungi, kutemui pemiliknya, bagaimana kalau diatas restorannya dibuat penginapan  juga, dia tersenyum mengangguk.
Gambar mungkin berisi: 5 orang, orang tersenyum, orang berdiri
pakaian tradisional Burma kain plekat

” InsyaAllah kalau dapat izin kami akan buat.” katanya. Izin ini yang agak sulit didapatkan oleh penduduk muslim disana, seperti untuk memperbaiki masjid misalnya yang boleh hanya renovasi, itupun bagian dalam saja, kalau bagian luar tidak dizinkan. 

Jadi kalau kita masuk masjid, bagian dalam masjid bersih terawat, tepai bagian luarnya dibiarkan tidak tersentuh cat.
“Tolong nanti pakcik pulang bagi tahu supaya kami juga bisa perbaiki dan rawat masjid kami seperti ruma ibadah yang lain” ujar Salim teman yang membawaku bertemu dan mengenalkan aku dengan seluruh imam masjid di Myitkyina. Salim, terlihat  bangga  mengenalkanku sebagai orang Indonesia yang pertama seumur hidupnya datang berkunjung ke tempatnya.

Salim membawaku keliling kota Myitkyina, setelah seluruh masjid besar di Myitkyina kami kunjungi dan berbincang sebentar dengan pengurusnya. Kantor kantor pemerintahan, ke Jembatan yang menghubungkan state Kachin yang terbagi dua. Jembatan ini cukup panjang dan satu satunya jembatan yang membentang diatas sungai Myitkyina. 
Myitkyina sendiridalam bahasa Burma berati sungai yang besar dan untuk daerah Burma sungai ini termasuk yang lebar dan panjang.   
Gambar mungkin berisi: 2 orang, orang berdiri, langit dan luar ruangan
Jembatan Myitkyina
Dikedua ujungnya dijaga oleh tentara. Ada pos tentara disitu, karena jembatan ini termasuk objek vital. Tak henti henti orang mengunjunginya hanya sekedar untuk berpoto. 

Di terminal Bus Myitkyina, ada kedai yang menjual makanan halal, siang itu Bus berangkat dari Myitkyina ke Yangon, kuputuskan naik Bus pulang langsung ke Yangon, berangkat pukul 13.00 waktu setempat, waktu zuhur belum masuk lagi, selisih waktu Indonesia dengan Burma sekitar 30 menit. Ongkosnya 38.300 Kyiat setara 380.000,- rupiah. Kalau naik pesawat terbang, sekitar 250 usd,  transit di Mandalay. 

Untuk pesan tiket kita harus ke terminal bus dulu untuk dapat sit, hanya ada dua bus langsung ke Yangon dari Myitkyina, yang satubus  biasa yang satu lagi namanya Super express. Untuk kenyamanan aku naik bus super express. Bus ini menyinggahi kot a Mandalay dan kota Nay Pyi Taw. Tiba di Yangon sekitar pukul 11.00 waktu setempat keesokan harinya. Turun di stasiun Aung Minggalar di Yangon. 

Di Bus kita diberi kupon untuk makan malam dan sarapan pagi, karena khawtir makanan tidak halal, di stasiun Bus di Myitkyina kusiapkan nasi dan goreng daging yang kubeli di kedai di stasiun Bus. Myitkyina – Yangon lebih dari seribu kilo meter, sepanjang jalan, tidak ada satupun pos pemeriksaan seperti kalau kita berjalan di Thailand Selatan, jalanan mulus, sedikit bergelombang sebelum masuk ke High Way.   

Ada empat pintu tol yang kami lalui, jalanan sepi sepanjang jalan kiri kanan sawah padi menghijau sejauh mata memandang di tanah perbukitannya, pohon pohon jati berpuluh puluh kilometer. Sesekali terlihat rumah penduduk, akses jalannya bisa masuk langsung ke High Way, bahkan sepeda motor pun keluar masuk bebas saja,  kejalan bebas hambatan ini. Sesekali pula terlihat gerobak pedati ditarik kerbau melintas. Dimana tidak amannya daerah ini, batinku dalam hati.

Aku melaksanakan sholat zuhur dan ashar jamak takdim dan qosor didalam Bus, begitu juga sholat Magrib dan Isya, Sholat subuh pun didalam bus. Sedikit tentang buang air dalam perjalanan ini, lamanya perjalanan hampir 24 jam, selain makan malam dan sarapan pagi di kedua tempat itu ada toilet, selebihnya buang air di pinggir jalan. 
Gambar mungkin berisi: 1 orang, luar ruangan
stasiun kereta api di Myitkyina

Sebenarnya ada moda transportasi lebih murah lagi untuk ke dan dari Myitkyina, yaitu kereta api, kereta api ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, saat kami dari Yangon ke Yamethin salah satu distrik Provinsi Nay Pyi Taw, kami naik kereta api. Sekitar jarak 600 kilometer ditempuh 12 jam. Nah kalau dari Myitkyina ke Yangon, kereta api terpaksa transit di Mandalay, dari Mandalay beli karcis lagi ke Yangon. Naik kereta api dengan kecepatan sekitar 40 kilo meter / jam ini, sepanjang jalan kita di guncang guncang terus, ada gerbong kereta yang pakai tempat tidur seharga 16.000 kyiat. 

Di stasiun bus kami berpisah dengan  A Thor, berjanji bertemu lagi, InsyaAllah tahun depan rencana hendak Qurban di Myitkyina. Semoga perdamaian kedua belah pihak dan perjanjian keamanan di perbatasan terwujud. Teringin rasanya napak tilas perjalanan kafilah dan kabilah ratusan tahun yang lalu melintas dari dan ke Assam India  dengan Kunmig Yunan China.

Related Posts :