Ratusan tahun hidup di pedalaman hutan belantara, nenek moyang mereka berpindah pindah dari satu lembah bukit ke lembah bukit lainnya, bercocok tanam penghasilan utama. Padi bukit tumbuh subur di lereng bukit terjal kemiringan lebih dari 65 derajat. Melihat lentur telapak kaki mereka naik turun bukit tinggi mencapai ribuan meter dari permukaan laut, itulah suku Khanmu satu suku yang hidup di Laos. Suku ini konon bermigrasi dari daratan Cina Selatan Kunming Yunan.
Beberapa suku mendiami perbukitan di Laos, bergenerasi generasi mereka mendiami daerah subur dan hutan lebat itu berkelompok kelompok, berpindah pindah sekehendak hatinya, karena memang sangat sulit di jangkau, namun sejak tahun 80 an setelah Laos menjadi negara Republik, hampir semua kampung kampung suku suku itu dapat dilalui kenderaan walaupun dengan kenderaan roda dua dan jalanan tanah.
Awal bulan Mei 2017 kami sengaja mengunjungi satu perkampungan suku Khanmu, perkampungan ini terletak di provinsi Oudomxai, dari pusat kota masih jauh lagi kedalam sekitar 30 an kilometer lagi jalanan tanah yang berlubang lubang. Dari Luang Prabang pula sekitar 7 jam perjalanan dengan kenderaan roda empat. Karena tersesat sulitnya komunikasi hingga magrib kami baru mencpai perkampungan yang dituju.
Informasi yang kami dapat sekeluarga suku Khanmu telah memeluk Islam, bagaimana hidayah itu bisa sampai ke perkampungan yang sepi jauh dari jangkauan itu.
"Saya melihat acara televisi dari Thailand" ujar Ismail anak tertua dari Semon. Bahasa Thailand tidak terlalu jauh bedanya dengan bahasa Laos. Dan Laos pernah dibawah kekuasaan Thailand, beberapa dekade. Pengaruh ajaran Budha Theravada sangat kuat di kedua negeri itu. Terutama di Laos bukanlah hal mudah agama lain bisa berkembang kesana, Laos adalah salah satu dari lima negara Komunis yang masih wujud di Dunia.
Televisi dakwah yang dipancar luaskan melalui satelit dari Bangkok dapat diterima dengan baik di bukit belantara perkampungan pak Semon pria 57 tahun yang kini telah berganti nama menjadi Ayyub itu. Ismail pula yang mencerna kata demi kata yang diucapkan pendakwah dalam acara keagamaan di televisi White Channel satu dari 4 TV Dakwah yang berada di Bangkok Thailand.
Sejak jalan dibuat masuk ke perkampungan mereka, diikuti pula dengan aliran listrik menerangi kampung itu. "Saya selalu melihat tentang orang shalat di satu tempat yang belakangan kutahu tempat itu adalah Kabah di Makkah" jelas Ismail lagi. Dan tergerak hatinya ingin mengetahui ajaran apa itu dan mempelajarinya.
Diputuskannya berangkat ke Vientiane, setelah mendapat informasi bahwa ada orang yang boleh mengajarkannya tentang Islam, Imam masjid Kamboja yang ditemuinya, mengantarkan Ismail ke Nongkhai Thailan, kota ini berbatasan dengan Vientiane hanya berjarak beberapa kilometer saja, hanya dipisahkan oleh sungai Mekong. Seorang ustadz muda di Nongkhai yang mengasuh sebuah madrasah dengan senang hati mengajari Ismail cara sholat dan beberapa hukum lainnya, setelah Ismail mengucap dua kalimat syahadat di Vientiane oleh Imam masjid Al Azhar Vientiane Laos.
Ismail yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak satu itu dikhitan dan dinikahkan ulang secara Islam. Saat kami tiba dan shalat magrib di kampung Ismail kami shalat berjamaah, dan Ismail yang menjadi imam shalatnya, menitik air mata mendengar suara Ismail saat melantunkan bacaan surah Alkafirun dan surah Al Ikhlas, di rakaat pertama dan kedua.
Nyaris tak tersentuh dakwah melalui darat, Allah SWT memberikan hidayah melalui udara kepada Ismail dan keluarganya. Pak Semon atau Ayyub suami isteri sudah mengucapkan duakalimat syahadat, ikut berjamaah bersama kami begitu juga kedua adik perempuan Ismail dan adik lelakinya yang sudah berkeluarga juga sudah mengucapkan syahadat
" Mereka baru satu bulan yang lalu masuk Islam" ujar Ismail yang diterjemahkan oleh Bang Andy pria Malaysia yang menikah dengan wanita Laos di Luang Prabang. Pria ini sudah fasih berbahasa Laos.
Pak Akiah Barabag dan pak Haji Jupri teman seperjalanan dari Sabah yang mendengarkan pembicaraan Ismail tentang Khitan dan Nikah ulang, tertegun sejenak setelah mengetahui bahwa ternyata selain Ismail semua lelaki yang sudah mengucapkan syahadat itu belum lagi di Khitan. Dan rencana hendak menikah ulang.
"Mahal ongkos untuk khitan" jelas bang Andy setelah mendengar penjelasan Ismail. Mereka hanya petani miskin, rumah pak Semon lantainya terbuat dari tanah dilapis dengan tikar plastik saat kami masuk kedalamnya. Rata rata di perkampungan itu rumahnya masih banyak yang beratap ilalang dan bilah bambu yang dianyam.
Bangunan 6 x 10 meter berlantai keramik berdinding batu tempat kami shalat adalah sumbangan dan dibangun oleh dermawan dari Malaysia. Tak berapa lama waktunya Ismail belajar Islam di Nongkhai Thailand, dia harus pulang karena harus mencari kehidupan untuk keluarganya.Belum terlalu lancar ianya membaca Alquran, terlihat sebuah tafsir Alquran berbahasa Laos di rak buku yang terdapat dalam bangunan yang difungsikan sebagai surau dan madrasah itu. Selembar sajadah dan selembar lagi baru diberikan oleh bang Andy petang itu.
Ada beberapa mukena disitu dan beberapa mukenah sengaja dibawa bang Andy, adik Ismail yang perempuan belum pandai memakainya, petang itu terlihat Ismail memasangkan mukena kepada adik perempuannya yang sudah punya anak dua orang disaksikan suaminya, yang rencana akan dinikahkan ulang oleh Ismail.
Kampung tempat Ismail tinggal ini terletak agak diketinggian meskipun tidak terletak di puncak bukit tetapi jauh dari lembah yang berair. sehingga air sulit didapat, tidak ada pula jalur air ke atas dan berdekatan, hanya mengandalkan air yang dibawa dari bawah lembah keatas. Dan tadah hujan. Petang itu kami wuduk dengan air mineral, saat ini bukan musim penghujan. Dua kamar mandi (toilet) berpintu, tetapi tidak ada airnya. Untuk mengambil air ke bawah cukup jauh dan curam. lebih dari seratus meter jarak dan tingginya.
Dengan bahasa Laos yang tak kami mengerti pak Semon (Ayyub) berkeluh kesah soal itu kepada bang Andy sebagai juru bahasa kami, juga yang memandu kami kesana. Kubisikkan kepada pak Akiah kalau ada sumbangan kita niatkan saja untuk membeli pompa dan peralatan lainnya.
Alhamdulillah sepulang dari Luang Prabang Laos, bang Andy mengirimkan gambar pompa dan isntalasinya sudah terpasang sampai keatas. "Masih kurang lagi biayanya untuk instalasi masuk keruang wuduk" tulisnya bang Andy melalui Watshap.
Semoga mereka tetap Istiqomah dalam Islam dan menjadikannya rajin shalat setelah ada air sampai keatas. Aamiin.