“Hari ini kami di
Medan menuju Kabanjahe .” Tulis Nor Azman Merican.
Kebetulan hari ini Senin
(1/7) Medan Ibukota Provinsi Sumatera Utara Indonesia itu berulang tahun yang
ke 428 tahun. Medan terbetuk sejak zaman Kesultanan Haru.
“Mampirlah ke tugu Guru Patimpus tokoh pendiri
kota Medan itu.
” Saranku, kepada pria asal Kedah Malaysia yang sejak 18 Juni 2019
lalu mereka dari Kuala Lumpur menuju Jakarta dengan penerbangan murah.
Nor Azman Merican,
bersama ketiga rekannya berasal dari Kedah dan Pulau Pinang, rencana
melaksanakan “Jelajah Sumatera”. Dari Kuala
Lumpur Malaysia – Jakarta Indonesia mereka
naik pesawat Terbang. Rencana berakhir di Aceh, kembli ke Malaysia melalui Pulau Pinang Malaysia mereka naik
Pesawat Terbang lagi.
“Kami dah beli tiket flight.” .Tulisnya lagi, Semalam di Jakarta
ke Port Merak, menyeberangi Selat Sunda dengan RoRo ke Bakauheini. Ke Bandar Lampung naik Bus.
“9
jam dari Lampung ke Palembang.” Tulis Merican lagi.
Di Pematang Siantar Medan |
Simpatisan
Organisasi Muhammadiyah Malaysia ini, meminta nomor kontak telepon teman dari
Muhammadiyah seluruh Sumatera yang rencana mereka akan singgahi. Singgah di
Palembang berpatah balik ke Curup Bengkulu,
8 jam perjalanan pula dengan mobil.
“ Di Bandar Bengkulu ini kami mengunjungi
rumah tempat tahanan Bung Karno.” Tulisnya lagi. Bengkulu dulu adalah wilayah bekas
jajahan Inggris, enak saja mereka tukar guling dengan Belanda dengan menyerahkan Singapura. Banyak peninggalan
sejarah di pantai Selatan Sumatera itu.
Dari Bengkulu –
Lubuk Linggau – terus ke Padang Sumatera Barat.
” Lumayan jauh 14 jam dengan
Bus.” Ujar Merican yang pergi bersama tiga orang rekan sejawatnya dari Kedah
dan Pulau Pinang. Satu tempat di Padang yang memang jadi tujuan mereka adalah Ziarah tempat
kelahiran Buya Hamka di Maninjau.
“Oh, Danau Maninjau tenang setenang airnya.”
Tulis Merican lagi.
Bertemu dengan
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah di Padang, banyak yang bisa dilihat mereka di
Sumatera Barat, ada ikatan Batin antara negeri orang Minang ini dengan salah
satu wilayah di Semenanjung Malaysia, Negeri Sembilan.
“Dari Padang kami lanjutkan
ke Pekanbaru, 9 jam pula perjalanannya.” Tulis Merican lagi. Dari negeri ibukota
Provinsi Riau ini mereka melanjutkan perjalanan ke Parapat Danau Toba, lama
perjalanan sekitar 20 jam dalam bus. Bermalam di Parapat, 4 jam perjalanan pula
mereka sampai di Medan.
“Rencana kami ke
Aceh lewat Kutacane, Takengon dan lewat Bireun sebelum ke Aceh.” . Tulisnya
lagi, mereka lagi mampir di Kantor Bupati Kabanjahe, Tanah Karo, tak jauh dari
kantor Bupati itu terletak Gunung Sinabung, Gunung tertinggi di Sumatera Utara,
yang sudah 10 tahun terus erupsi tak henti henti. Setelah mereka menikmati
Panorama dan udara sejuk Berastagi.
“Di Sumatera
Barat, kami juga ke Padang Panjang, kami mengunjungi Universitas Muhammadiyah
Kauman, bertemu Mudir dan Penolong Setia Usaha disana.” Tulisnya lagi, sembari
mengatakan cost perjalanan mereka selama 18 hari 17 malam itu sekitar 3.000,-
RM perorangnya. Kurs Ringgit terhadap rupiah tukaran di Batam sekitar Rp., 3.200 per
ringgitnya.
Rasanya puas sekali
mereka berempat, menikmati perjalanan Ekspedisi ke Sumatera kali ini. Banyak
kota yang dilalui, tiga Provinsi yang tak sempat dikunjungi, yaitu Provinsi
Jambi, Bangka Beltung, dan Kepulauan Riau, tetapi mereka acap ke Batam, bagian
dari Provinsi Kepulauan Riau.
Kami acap
bepergian bersama ke Asean, bekpekeran dakwah, ke berbagai tempat terutama ke
pemukiman minoritas Islam. Mengunjungi
tempat bencana. “Kami nanti di Aceh akan bertemu sahabat Muhammadiyah, kawan
almarhum ustadz Wahab dulu.” Tulis Merican , menyebutkan nama pak Mali, Musa,
Fauzie. Dulu meraka bertemu saat Tsunami melanda negeri serambi beranda Makkah
itu.
Semoga selamat
dalam perjalanan.