Dato' Ahmad bin Kasim : Di Mahad Said bin Zaid Pelajar Dari Seluruh Asean


Dato' Ahmad bin Kasim,  Pria 54 tahun ini adalah Koordinator Yayasan Pembangunan Ummah (YPU) Alor Star Kedah Malaysia.
"Saya dulu di ABIM" ujarnya mengenalkan diri sesaat tiba di tempat kami di Yayasan Islam Hang Tuah Batam. Petang itu berenam mereka mengunjungi Sekolah yang kami kelolah.

Sudah dua bulan di Batam dalam rangka memperdalam pelajaran Bahasa Arab dan study Islam di Mahad Said bin Zaid Batam. Mahad ini dikelolah bersama antara Muhammadiyah Batam dengan Asia Muslim Charity Foundation (AMCF).

Mahad Said bin Zaid pilihan untuk belajar Bahasa Arab adalah karena "Sistem pengajian di Mahad sepenuh masa dan ada ujian" ujar Dato' yang menjadi salah satu pelajar tertua di Mahad yang terletak di daerah Tembesi Batu Aji itu.
"Kurikulum dari Timur Tengah maknanya sama kitab dengan belajar disana" ujarnya lagi. Disamping itu di Mahad ini hampir seluruh pelajarnya dari seluruh negara Asean. "Jadi jaringan dengan saudara daripada pelbagai negara" tambahnya lagi. Seperti pelajar dari Thailand, Pilipina, Kamboja, Vietnam Singapura, Malaysia dan Indonesia sendiri.

"Dosen dosennya mantab, lulusan dari Timur Tengah" ujar pria yang sudah mempunyai dua orang cucu ini. Tidak terlalu jauh dari Malaysia, bisa pulang setiap saat, meskipun ianya mempunyai visa satu tahun. Letak Batam dengan negara Asean lainnya terutama Malaysia, beberapa pelajar dari Malaysia yang bersama Dato' Kasim seperti dari Serawak, Negeri Sembilan, Kelantan, Pahang, dan negeri lainnya.

Sejak didirikan sekitar 9 tahun yang lalu, Mahad ini telah menammatkan banyak pelajar dari berbagai negara, satu keunggulan Mahad ini, pelajar itu datang ke Batam Indonesia tidak semua yang bisa berbahasa Indonesia, bahasa pemersatu mereka adalah bahasa Arab. Itu yang membuat mereka cepat menguasai bahasa Arab. dan Alhamdulillah setelah satu tahun di Batam hampir semua mereka dapat menulis dan berbahasa Indonesia.

"Saya tahu mahad ini dari pertemuan sewaktu di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta" ujar Dato' Kasim dan diperkuat lagi bertemu dengan karibnya Profesor Shafee Saad Dosen di Universitas Utara Malaysia.

"Nama pak Imbalo disebut sebut oleh prof Shafee" ujar pria tinggi besar ini, "Baru sekarang bisa jumpa" katanya lagi. Petang itu Dato' Kasim dan pelajar pelajar yang rata-rata usianya 20 an tahun kami suguhin minuman daun mint (pudina) yang tumbuh subur kami tanam secara Hidroponik.

Memang berapa teman teman diatas 50an tahun terutama dari Malaysia ingin belajar Bahasa Arab di Batam. Di Mahad mereka tidak dikenakan bayaran, disediakan mess dan malah diberi uang saku.