Seputjuk Soerat dari Burma untuk Keluarga di Taluk Indonesia



Setelah tiga tahun yang lalu (2012), tahun ini 2015 aku kembali ke Kaw Thaung, daerah kekuasaan Kerajaan Melayu ratusan tahun yang lalu, kini daerah bagian semenanjung itu telah dikuasai oleh Myanmar Burma. Bagaimana bisa menjadi daerah Burma, panjang pula ceritanya, terpaksa buka sejarah, kekalahan perang Salib dan keruntuhan kekhalifahan Turki sangat besar pengaruhnya. 

Adalah seorang hamba Allah, seorang pemuda bernama Mohammad Sjarif yang berasal dari Taluk Sumatera, menetap disana, setelah tak berapa lama penaklukan dan penyerahan atas Pulau Dua nama lain dari Kaw Thaung (baca Kok Song) oleh Inggris ke Burma, dan Ranong pula ke Siam (sekarang Thailand).

Entah bagaimana pemuda itu bisa sampai ke ujung daratan Burma yang tepiannya terus dihempas oleh gelombang lautan Andaman. Menelusuri jejak sejarah dari surat - menyurat keluarganya setelah tak ada kabar berita sekitar 35 tahun dan ada korespondensi tahun 1972. 

Mohammad Sjarif terkenal dengan Imam Ahmad di Teluk China Pulau Dua Burma, menikah dengan orang tempatan, setelah meninggal dunia Imam dijabat putranya ketiga bernama Soleh. Gigih mengembangkan Islam hinggalah kesekarang.
"Saya sekarang 58 tahun usianya" ujar Imam Soleh dengan bahasa melayu ala kadarnya. 
Ditunjukkannya tiga lembar surat kumuh berlipat - lipat dan ejaan yang lama diketik dengan mesin ketik Remington. (terlampir)
Kubacakan surat itu, karena Imam Soleh tak dapat membacanya, tulisan jawi  arab melayu dia lancar membacanya. "Saya tak boleh membaca tulisan rumi" ujarnya lagi.

Senang sekali Imam Soleh mendengar kedatanganku, sebenarnya tiga tahun yang lalu dia sangat berharap hendak mendengar ulang bacaan surat yang dikirim oleh pakciknya adik bapaknya Mohammad Sjarif yaitu Nazarudin yang katanya tinggal di Indonesia.
Semua penduduk disitu tahu kalau Imam Soleh adalah keturunan Imam Ahmad asal Indonesia. 
Berkaca-kaca dia mendengar aku membaca surat pakcik Nazarudin. Karena aku tinggal di Batam, dan pernah ke Rengat, Air Molek sebagai mana tempat dalam isi surat itu kujelaskan kepadanya.

Malam itu sudah larut, besok kami lanjut. Selesai shalat Ied yang di Khatibi oleh Imam Soleh semua keluarga Mohammad Sjarif hadir dirumah kakak tertua. 
         


Lirik, 10 mei 1972
Kakanda Mohammad Sjarif jang mulia ‘                 ( u = oe )
Surat kanda pertama selama lebih kurang 35 tahun, jang ditudjukan kepada ajahanda di Taluk, telah diteruskan oleh kanda Jasmin kepada adinda di Lirik. (Lirik adalah suatu negeri baru dimana dinda bekerdja pada suatu perusahaan minjak. Tempat ini berdekatan dengan negeri Air Molek, dinda kira kanda masih ingat negeri ini, jaitu suatu negeri sebelum Rengat bila kita dari Taluk.) Adinda pertjaja kanda telah lupa siapa dinda sebenarnja, karena sewaktu kanda akanmeninggalkan kampong dahulu, dinda baru berumur 4 tahun. Sementara biarkan sadja dulu nanti akan dinda tjeritakan atau gambarkan segala famili kita dibawah nanti.
Semendjak kanda meninggalkan kampong halaman dahulu sudah berbagai-bagai usaha kami djalankan di Indonesia untuk mentjari dimana kanda berada. Karena kami jakin kanda masih hidup, walaupun ada orang jangmenduga bahwa kanda telah meninggal dunia. Achirnja berkat Tuhan jang Maha Kuasa kami telah dapat mengetahui dimana kanda berada sekarang. Betapa gembiranja kaum famili di Indonesia, jang telah menemukan kembali kanda kang telah hilang selama lebih kurang 35 tahun. Marilah kita mengutjap sjukur kepada Tuhan jang Maha Esa, semoga kita dapat bertemu kembali.
Kanda Mohammad Sjarif ‘
Sebenarnja telah banjak kedjadian jang telah berlalu diatas keluarga kita selama kanda meninggalkan kampong halaman. Alangkah beratnja hati dinda untuk menjampaikannja.
Kanda :
Segala nasib jang…………………telah ditentukan oleh Allah semendjak manusia lahir kedunia……………………..dengan kita semua. Ajahanda kita jang tertjinta telah lama dipanggil Tuhan jang Maha Esa kesisinja sesuai dengan nasib dan takdir jang telah ditentukanNja untuk beliau. Hal ini terdjadi 24 tahun jang lalu di Taluk jaitu pada tahun 1948. Dan kemudian menjusul pula ibundaBadarijah jang tertjinta pada tahun 1949 di Taluk. Kedua orang tua kita ini meninggal dunia sewaktu bangsa kita sedang berperang dengan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan. Oleh karena itu pada waktu itu sangat sulit untuk mendapatkan obat2an. Ondek tua Makang djuga telah berpulang kerachmatullah pada tahun 1950 di Taluk. Kanda masih ingat akan kanda Tahin djuga telah mendahului kita kembali kesisi Tuhan jang Maha Kuasa pada waktu zaman Djepang. Demikian pula kanda Rato (Rosma) djuga telah dipanggil Tuhan jang Maha Esa kesisinja pada tahun 1961 di Taluk.
Kanda Mohammad Sjarif, marilah kita pandjatkan doa kehadirat Illahi, semoga Tuhan mengampuni segala dosa ketiga orang tua kita tersebut dan kedua saudara kita itu dan semoga pula diberi tempat jang baik disisi Tuhan, amin.
Kanda Sahamin masih hidup sekarang tinggal di Taluk dan begitu pula kanda Jasmin telah pension dari pekerdjaannja sebagai Kepala Sekolah Dasar dan sekarang berada di Taluk.
Kanda, sekarang baiklah dinda tjeritakan mengenai adik2 kanda serta anak2nja setjara sepintas lalu sdja.
1.       Kanda Rato (Rosma)  (telah meninggal) kawin dengantuan Ali Usman memperoleh keturunan:
a.       Roslinar, sekarang bekerdja sebagai perawat gigi dirumah sakit Pekanbaru Riau dan telah pula mempunjai anak sebanyak 3 orang
b.      Murlis, sekarang bekerja sebagai Kepala Dinas Kehutanan di Tanjung Batu Riau dan telah pula mempunjai anak sebanjak 2 orang.
c.       Mulkan, sekarang bekerja pada Djawatan Kehutan di Pekanbaru Riau, dan belum kawin.
2.       Kanda Nurhudin (jang muda dari Tohir) telah kawin dengan wanita dari pulau Tomojong – Riau  dan mempunjai  7 orang anak, Telah lebih 22 tahun tidak pernah pulang ke Taluk.
3.       Adinda sendiri (Nazarudin) telah pula berumah tangga dengan orang kampong kita jaitu kemanakan dari Bedu Karim jang rumahnja ditepi parit dekat dengan surau Luar Parit. Saja kira kanda dapat membajangkan kembali. Adinda telah mempunjai 4 orang anak, jaitu jang tertua bernama Riza Ardian, 10 thaun, Rozaliana  8 tahun Rudi Gunawan 5 tahun dan Rina Diana 4 tahun.
4.       Adinda Darmiah, telah pula kawin dan mempunjai anak sebanjak 5 orang sekarang tinggal dirumah kita di Koto Taluk.
5.       Adinda Nurdijah, (sewaktu kanda berangkat meninggalkan kampong belum lahir), djuga telah mempunjai keluarga dan mempunjai 1 orang anak. Sekarang adinda Nurdijah mendjadi guru Sekolah Dasar di Lirik.
        Demikianlah keadaan keluarga kita selama kanda meninggalkan kampong. Semoga kanda tabah dengan segala tjobaan Tuhan jang telah menimpa kita semua. Alangkah inginnja dinda bertemu muka dengan kanda sekeluarga. Bila kanda punja potret (gambar) sekeluarga, kirimkanlah kepada dinda. Bagaimana kehidupan kanda disini, semoga selalu dalam keadaan baik2 hendaknja.
Bila mungkin, bagaimana tjara2-nja jang termudah ongkosnja untuk pergi ketempat kanda disini dengan melalui Penang?
Tolong sampaikan salam dinda sekeluarga kepada kaka (isteri kanda) dan kepada semua anak2 bahwa kami di Indonesia sangat rindu bertemu. Oh ja, maaf kanda apakah kakak (isteri kanda) orang Burma sini
Salam takzim
Adinda Nazarudin.