Syahputra teman lama di Kurnia Dwi Putra






"Ayah nya mbak Lisa meninggal dunia pak" kata Aries kepadaku.
Aku tahu yang dimaksud dengan mbak Lisa oleh Aries itu adalah Lisya Anggarini Redaktur Senior di Batam Pos koran lokal Batam.

Lisa orang Padang, tetapi Aries memanggilnya mbak, bukan uni, sampai lah kehari ini sudah 9 tahun orang semuanya baik karyawan apalagi wartawan Batam Pos memanggil wanita yang juga pernah di Komisi Penyiaran Indonesia Batam dengan mbak. Maklum Aries kan orang Jawa dari Surabaya.

Sebelum Zuhur , hari minggu 26 Oktober 2008 , kami menuju perumahan Anggrek Sari, dimana Lisa dan Almahum ayahnda tersayang di semayamkam.

Saat aku mengambil wuduk untuk sholat zuhur karena azan telah berkumandang, jenazah pun telah dibawa ke masjid yang ada di komplek perumahan, seorang lelaki agak tua menghampir dan memberi salam, "Ini Iman kan" katanya sembari senyum terlihat dua buah gigi yang tinggal di geraham, sungguh, aku lupa dengan dia, siapa gerangan, melihat aku belum juga mengenalinya , pria tadi mengenalkan namaku Syahputra, dulu bekerja di PT Kurnia Dwi Putra, nun tigapuluh tahun di Sekupang sana, ujarnya.

Syahputra yang mana, aku pun lupa, teman pak Harun Saleh Syahputra memberi ingat ku, dulu operator backhow sejenis traktor penggali tanah.

Hingga lah sholat zuhur berakhir demikian juga sholat jenazah usai sudah belum juga ingat Syahputra yang satu ini yang mana, di kubur di sungai panas, kami mengingat-ingat lagi teman lama, ada Sumantha dari Banten, ada Pak Matondang yang sudah almarhum.

Sunggu-sungguh jauh berubah, kalau ini lah Syahputra yang dulu teman sekerja, menggali parit dengan backhow untuk menamakabel dan pipa di perumahan Pertamina.

Hanya Syaputra satu-satunya opertor Backhow saat itu, semua yang butuh galian pasti dia yang mengejakannya. pun mengangkut material dari gudang ke lokasi proyek yang lumayan jauh. Tak mungkin orang melupakan dia.

Iya iya... kini agak terbayang sedikit rupanya saat berusia tigapuluhan sedang gagah gagahnya, ternyata setelah tua, kerut dimerata rata, gigi pun hanya tinggal dua, dah bauk tanah kata anak-anak muda.

Syahputra dulu kawan berjenaka, kini kami dah sama-sama tua, kalau tak ada jenazah , mungkin tak bersua, karena memang sama-sama sibuk mengurus keluarga.

Syahputra tak jauh tinggalnya dari rumah mbak Lisa, kini lah bercucu rupanya, di kubur kami pun berfoto berdua, sembari mengenang kisah - kisah lama, dan teringat bila pula menyusul diantar orang beramai ramai ke pusara.

Syahputra senang aku mengingat lagi, mempelawaku mampir ke rumah nya di Anngrek Sari.
Insyaalha satu waktu aku kan datang lagi, walaupun sama-sama di Batam ternyata jarang bersua dan bersilaturahmi.